Tuhan hari Sabat

  


Stephanus Pradhana
Ringkasan khotbah
Markus 2:23-Markus 3:6

Kalau kita mengikuti khotbah beberapa minggu ini, kita bisa melihat ada konflik antara Yesus dengan para pemuka agama, dan semakin lama semakin intense. Dari mereka hanya bertanya pada Yesus/murid, lalu marah, mengintai, berdebat, dan bersekongkol bahkan dengan musuh orang Israel untuk membunuh Yesus.

Orang-orang farisi menuduh murid-murid Yesus melanggar kekudusan hari sabat, dan menyalahkan Yesus karena tidak memarahi mereka. Tapi murid-murid sebenarnya tidak melanggar hukum Taurat, tapi tradisi oral yang dirumuskan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat.

Orang-orang Israel diharuskan untuk beristirahat di hari sabat, namun tidak terlalu jelas apa yang boleh dan tidak boleh dikerjakan. Sehingga akhirnya para pemuka agama menulis perincian-perincian apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada hari sabat. Dan peraturan-peraturan ini sangat super ketat sehingga hari dimana harusnya mereka beristirahat, malah menjadi hari perbudakan (karena begitu banyak peraturan-peraturan yang kadang tidak masuk akal).

Dan para pemuka agama berpikir mereka bisa mendapatkan perkenanan Allah dari mengikuti secara penuh hukum sabat ini. Tapi mereka salah besar, karena mereka sudah kehilangan esensi dari hari sabat yang Allah inginkan.

Refleksi: bukan kah terkadang kita seperti orang farisi? Kita melakukan banyak kegiatan rohani begitu ketat nya untuk mendapatkan perkenanan Allah? Untuk diberkati? Dan ini sebenarnya membuat kita merasa insecure atas kasih Allah!

Yesus berusaha mengingatkan mereka akan makna hari sabat yang sebenarnya (lihat Markus 2:27).

Hari sabat di design untuk hari istirahat dimana kita bisa bernafas lega (tubuh kita terbatas) berhenti bekerja, dan fokus bersyukur pada Allah. Sabat merupakan anugerah yang Tuhan berikan pada manusia, a gift from our God for our wellness, liberating and not restricting. Lihat juga Markus 3:4.

Sabat bukan hanya untuk orang yahudi saja, tapi juga untuk kita. Kita diciptakan Allah dengan keterbatasan, sama seperti mereka. Sedihnya, kita hidup di jaman yang tidak menekankan pentingnya istirahat, tapi performa.

Saat ini, kita hidup di dalam dunia transisi yang memulai menyeimbangkan kerja dengan istirahat, menjaga kesehatan mental, dan sebagainya. Namun ini tidak menyelesaikan masalah secara total.

Kita umumnya bekerja bukan hanya untuk sekedar bekerja, tapi untuk mendapatkan sesuatu lebih dalam hidup kita, mencari sesuatu yang kita inginkan dalam hidup kita (to satisfy the deepest longing of our hearts): our self-worth, to feel secure financially, to feel excited (bosan kalau di tempat kerja yang sama terus menerus), dan sebagainya.

Dan kita bekerja begitu kerasnya untuk memenuhi ini semua: satisfaction, security, and significance.

Karena itu kita memerlukan sabat yang sesungguhnya; dan ini tidak bisa diselesaikan dengan mengambil liburan yang panjang. We need a deeper rest than just physical rest. We need spiritual rest.

Markus 2:27b – apa maksud pernyataan Yesus? (secara implisit Yesus menyatakan bahwa diriNya adalah Allah). Lihat Kejadian 2:2-3.

Yesus ingin menyatakan bahwa Dia lah yang memenuhi hari sabat, hanya Dia yang bisa memberikan kelegaan dan ketenangan bagi jiwa. Di akhir cerita, orang farisi mengeraskan hati mereka (mereka tahu apa yang Yesus katakan adalah kebenaran) dan langsung bersekongkol untuk membunuh Yesus. Setelah kematian (“Selesailah sudah”) dan kebangkitanNya, Yesus telah mendapatkan peristirahatan yang kekal bagi umat Allah dan Dia mengundang kita masuk dalam peristirahatanNya.

Baca Ibrani 4:9-10. Kita diundang masuk dalam tempat peristirahatanNya; Yesuslah yang memberikan kita keamanan dan kepuasan hidup, bukan pekerjaan kita. Dia yang menjamin hidup kita untuk selama-lamaNya, dan Dia yang menyediakannya bagi kita. Kita tidak perlu mencari dan meraih prestasi untuk merasa berharga.

Bagi saudara yang belum mengenal Yesus, undangan masuk peristirahatan ini masih ada. Tidak perlu mencari perkenanan dan keamanan dalam dunia ini, karena kita tidak akan pernah merasa cukup. Kita tidak hanya butuh istirahat fisik, tapi istirahat rohani bagi jiwa dan hanya Yesus yang mampu memberikan itu! Datang kepadaNya!

Bagi saudara yang sudah mengenal Dia namun merasa kita tidak pernah mau berhenti “bekerja” (karena ada alasan lain di hati kita yang tidak kita sadari), kembalilah padaNya! Stop overwork youself to death.

Minta Roh Kudus untuk menyelidiki hati kita, apa yang sebenarnya membuat kita terus bekerja tanpa henti? Apakah security? Apakah satisfaction? Apakah significance? Apakah leisure so we can spend on more material things? Arahkan hatimu kembali kepada Yesus dan renungkan dengan sungguh-sungguh.

Kepuasan, keamanan, dan keberhasilan hanya ada di dalam diri Yesus.

Sabat berarti waktu kita untuk berhenti dari pekerjaan dan kesibukan kita, dan fokus menyembah Tuhan. Sabat adalah waktu kita bersyukur atas pemeliharaan dan kesetiaan Tuhan termasuk penebusan dosa kita, sambil kita mengkalibrasi hati kita kembali pada Yesus; bukan tipuan dan pikat dunia ini.

Penting di hari sabat untuk berbakti bersama-sama; ikut memuji Tuhan dan berpartisipasi aktif. Hari in diberikan Tuhan bagi kita! Puji Dia, dengar firmanNya dan biarkan berakar di hati kita.

Post a comment

X