Transformasi yang terus menerus

  


Sure sign of Spring - Robin - Bird
blmiers2 / Foter.com / CC BY-NC-SA

Pdt Victor Liu
Ringkasan khotbah 26 Januari 2014

Tuhan tidak menginginkan perubahan yang sekejap, tapi ada progressive transformation; perubahan yang terus menerus berada dalam kehidupan kita. Keselamatan dalam Yesus Kristus dan transformasi hidup kita adalah satu paket! Kalau kita sungguh-sungguh menyambut Yesus Kristus, maka pasti akan ada transformasi yang terus menerus.

Tuhan tidak ingin kita hidup dalam kenyamanan, tapi Dia selalu ingin kita maju dan bertumbuh, serupa dengan karakter Kristus.

Baca Lukas 19:-6-10. Perhatikan ayat 8 – menyatakan suatu perubahan yang sungguh-sungguh, bukan main-main.

BAGAIMANA KITA BISA MEMPUNYAI PERUBAHAN SEPERTI ZAKHEUS

[1] Ubah prinsip/filsafat/hidup kita
Ketika kita ingin sungguh-sungguh berubah, kita harus mengubah filsafat hidup kita! Prinsip hidup mempengaruhi tindakan kita. Banyak orang tidak berubah karena prinsip hidup nya yang dulu tetap sama dengan setelah dijamah Tuhan.
Zakheus memanggil Yesus “Tuhan” (Kurios – Master, majikan, pemilik; biasa dipakai untuk kaisar. Menunjukkan Tuhan adalah pemilik segalanya).

Lawan dari kasih bukanlah kebencian, tapi ke masa bodoh-an. Saat kita sudah cuek dan masa bodoh dengan segalanya, kita menutup hati kita. Zakheus adalah orang yang seperti itu sebelum bertemu Yesus. Dia tidak perduli dibenci dengan orang-orang demi memuaskan dirinya. Namun saat mengenal Yesus, dia berubah. Saat manusia melakukan dosa, dia menikmati kenikmatan dalam dosa nya, menggantikan suka cita untuk bergaul akrab dengan Tuhan!

[2] Tahu apa yang harus diubah
Zakheus tahu dia ada masalah soal keegoisan dan mengasihi. Uang adalah dirinya, karena itu dia tidak pernah memberi dan memperhatikan orang lain. Fokusnya hanya pada dirinya saja! Zakheus tahu hal itu dan sengaja melakukan transformasi yang radikal.

Banyak orang Kristen ingin berubah tapi jarang mau untuk mendiskusikan secara detail apa yang harus diubah. Kita sering marah saat “disentuh” dan “disinggung”, cenderung untuk self-defense.

Perhatikan perasaan, perkataan, dan sikap/perbuatan kita:

a. Apakah ada perasaan jelek yang harus kita ubah? (sombong, iri hati, suka merendahkan orang, sok suci, kemarahan yang tak bisa dikontrol, kebencian/rasa tidak suka, rasa kekuatiran, self image yang rendah, cepat “ngambek”, cepat tersinggung, menggerutu, dan lain sebagainya). Apa ada emotional immaturity dalam hidup kita? Kita tidak bisa bertumbuh secara rohani kalau kita masih dalam emosi yang tidak dewasa (immature or childish emotion)!
b. Apakah ada perkataan/respon yang harus kita ubah? Ini berbicara soal lidah kita
Apakah kita tidak bijaksana dalam berkata-kata? Suka berbohong? Cepat menghakimi atau menilai orang? Suka gossip? Cepat berbicara tanpa dipikir lebih dahulu atau “melabel” orang tanpa bukti yang mendukung? Apa kita bisa dipercaya? Evaluasilah dengan serius perkataan-perkataan kita!

c. Apakah ada sikap atau perbuatan yang harus diubah?
Apakah ada sikap jelek/kebiasaan yang sudah lama memperbudak hidup kita? Perhatikan sikap dan behavior apa yang harus kita ubah, yang bisa menghancurkan! Lalu mulai amati secara khusus: kenapa saya begitu? kapan saja saya melakukannya? Adakah saat dimana orang menasihati kita tapi kita mengelak? Apa yang membuat kita melakukannya?

[3] Komitmen untuk berubah
Kembali ke ayat 8 – Zakheus berkata “…akan kuberikan..”, “..akan kukembalikan..”. Terjemahan Indonesia dan Inggris menyatakan Future, “akan” atau “will”. Tapi sesungguhnya kata kerja yang dipakai adalah bentuk present dari bahasa aslinya, dengan kata lain “sekarang”, bukan “nanti”. Dia menyatakan bahwa itu komitmen yang dia nyatakan pada saat itu juga. Banyak orang membuat komitmen tapi selalu “nanti” atau “kalau..”, Jarang ada orang seperti Zakheus!

Dari terjemahan NET Bible:

But Zacchaeus stopped and said to the Lord, “Look, Lord, half of my possessions I now give to the poor, and if  I have cheated anyone of anything, I am paying back four times as much!”

Ketika kita menjalankan, menghidupkan komitmen kita, maka kita pasti akan menghadapi tantangan dan cobaan. Halangan-halangan dalam menghidupkan komitmen kita:

a. Kebiasaan/sifat/sikap jelek yang sudah dibangun lama.
Jangan kiranya kita kalah dengan hal ini. Semakin lama kebiasaan atau dosa yang kita biarkan lama, semakin besar komitmen yang dibutuhkan. Zakheus pun sudah lama diperbudak dengan dosa dan kebiasaan jelek, tetapi komitmen yang sungguh-sungguh menghasilkan ketaatan. Tuhan sudah dan akan memberikan kekuatan pada kita yang taat dan menjalankan kehendakNya!

b. Kecenderungan kita adalah kita lambat untuk belajar dari kesalahan

c. Kita tidak besar hati untuk meyatakan dan mengakui dosa/kelemahan kita. Dibutuhkan kejujuran dan kerendahan hati untuk ada keterbukaan. Kita umumnya suka dipuji dan selalu mau dibilang baik. Kita tidak suka kalau dibukakan kejelekan kita

d. Kita mengecilkan dosa (minimise in, not maximise it). Kita takut karena akibat dosa, bukan karena melakukan dosa. Misalnya, orang yang suka membawa mobil dengan kecepatan melewati batas nya tanpa merasa bersalah. Ia merasa bersalah atau menyesal kalau ditangkap polisi.

Kalau kita berdosa dan ketahuan, baru kita merasa bersalah. Jadi kita takut karena akibat dosa (takut ketahuan), bukannya karena dosa itu sendiri yang menjijikkan di mata Tuhan!

e. Komitmen perlu pengorbanan, usaha, dan energi kita. Kita perlu bertanggung jawab melakukan bagian kita dengan ketaatan. Tuhan memberikan kekuatan dan menyediakan semuanya yang kita butuhkan untuk bertumbuh!

Pergumulan dan dosa apa yang sedang kita nikmati saat ini? Apa yang kau lakukan? TIdak perduli? Atau berkomitmen pada Tuhan untuk berubah tapi terus jatuh? Transformasi harus seperti Zakheus, yang datang pada Tuhan, taat, dan berubah dengan sungguh-sungguh di saat ini juga!

Post a comment

X