Transfigurasi

  


Ringkasan khotbah 9 Juli 2023
Stephanus Pradhana
Markus 9:2-13

Kalau kita merasa begitu berat untuk memikul salib Kristus di dunia ini, dan bertanya-tanya apa manfaatnya untuk menderita seperti ini demi Kristus, apakah perlu? Mengapa tidak bisa menjadi orang Kristen yang biasa-biasa saja?

Baca Markus 9:2-13. Petrus belum lama (6 hari sebelumnya) menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias, dan belum lama juga (6 hari sebelumnya) Yesus menyatakan bahwa untuk bisa mengikut Dia, mereka harus menyangkal diri dan memikul salib.

Kisah ini menceritakan tentang kemuliaan Yesus yang dinyatakan oleh Allah Bapa. Kemuliaan Kristus yang selama ini terselubung dan tersembunyi dalam tubuh manusia (inkarnasi), sedang dinyatakan pada waktu itu melalui Transfigurasi.

Tidak ada orang yang tahu dan bisa melihat bahwa Yesus, yang lahir di keluarga miskin ini, yang haus dan lapar, bisa lelah, ternyata adalah Tuhan.

Mengapa Elia dan Musa? Tidak disebut tapi Elia dan Musa adalah tokoh yang berhubungan erat dengan akhir jaman (Maleakhi 4:5, Ulangan 18:15-19).

Awan, sering menjadi simbol kehadiran Allah dalam perjanjian lama. Demikian halnya dalam kejadian ini, dan Allah berkata-kata pada murid-murid Yesus (Markus 9:7). Ini perkataan yang sama dengan yang Allah katakan saat Yesus dibaptis (Markus 1:11).

Dalam kedua kisah, Allah sedang mendeklarasikan identitas Yesus yang sesungguhnya, bahwa Dia adalah Anak Allah yang dikasihi Bapa. Tapi beda nya dalam pasal 1, Allah menyatakannya pada Yesus sebelum Dia mulai pelayanannya, tapi dalam pasal 9, Allah berbicara kepada murid-murid Yesus, bahwa Dia adalah Tuhan, Mesias yang akan menderita seperti yang dikatakanNya. God Himself endorsed Jesus’ teachings!

Mendengar di sini artinya “active listening” – mendengarkan dengan aktif, dan mengikuti apa yang dikatakan.

Lalu, bagaimana kisah ini bisa memberikan kita kekuatan dan penghiburan di saat kita menghadap tantangan?

[1] Kisah ini menegaskan identitas Kristus sebagai Anak Allah dan peranNya sebagai Mesias yang menderita.

Yang sering kita pikirkan saat ikut Mesias adalah kemenangan, dan ini yang kita inginkan juga saat ini – kita ingin ikut Yesus dan punya hidup penuh kemenangan, tidak menderita. Tapi Yesus adalah Mesias yang menderita dan siapa pun yang mengikutiNya akan ikut menderita.

Kita mungkin ditolak, diejek, dan kita tentu tidak ingin hidup seperti itu bukan? Dan sering saat kita merasa beratnya ikut Kristus, saat kita menghadapi penderitaan, kita sering menjadi ragu akan iman kita. Dan di tengah pertanyaan-pertanyaan kita, kita perlu turut mendengarkan apa yang dikatakan Allah Bapa dalam cerita hari ini.

Penderitaan kita bukan merupakan sebuah hukuman tapi bagian yang integral dalam mengikuti Kristus, karena itu kita perlu mendengarkan Dia! Dan di saat kita mendengarkan Dia, kita akan mendapatkan kekuatan dariNya.

Mengikut Yesus sungguh-sungguh sering berarti kita harus menderita dalam dunia ini, menyangkal diri dan memikul salib, dan itu lah kebenaran yang dinyatakan oleh Yesus Kristus.

[2] Kisah ini memberikan kita gambaran/preview akan kemuliaan Kristus yang sempurna yang akan kita nikmati bersama dengan Dia dalam kekekalan

Yesus datang dalam kehinaan tapi saat Dia datang kedua kalinya, Dia akan datang dalam kemuliaan, sebagai Hakim, sebagai Raja. Dan bagi kita yang menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Dia, kita akan berbagi dalam kemuliaanNya saat Dia datang kembali!

Kisah transfigurasi ini menunjukkan betapa agung nya kemuliaan Kristus yang akan kita nikmati dalam kekekalan.

”It’s worth to spend your relatively short time here on earth following Jesus – even when it means suffering and death – because after this, we will be glorified with Christ.”

Akan ada kemuliaan di balik penderitaan yang kita alami di kekekalan, sama seperti Kristus yang mengalami kehinaan, penderitaan, dan kemuliaan!

Petrus ketakutan, seorang penakut (dalam cerita transfigurasi ini, dan juga saat dia menyangkal Yesus 3 kali), tapi setelah Yesus bangkit, kita bisa melihat betapa beraninya Petrus mengabarkan injil – dia tidak goyah dan menyerah di tengah penderitaan apa pun; dia rela menyangkal keinginan nya untuk hidup aman dan nyaman. Mengapa? Lihat apa kata dia dalam 2 Petrus 1:16-18.

Kita perlu belajar menunda kepuasan kita! Kita ingin puas, dan kita selalu menginginkan kepuasan itu sekarang. Dan inilah yang sering membuat kita jatuh. Kita perlu belajar menunggu, menunggu kebahagiaan yang sempurna dalam kekekalan.

Tuhan tidak anti kebahagiaan, dan Tuhan sudah banyak memberkati kita. Tapi kebahagiaan dan kepuasan yang sempurna hanya ada nanti dalam kekekalan bersama-sama dengan Dia.

Kita perlu belajar untuk menanti, melihat kemuliaan yang jauh!

Post a comment

X