The Ultimate Decision

  


Stephanus Pradhana
Ringkasan khotbah 17 Maret 2019
Yosua 24

Rekaman Praise & Worship

Life is full of choices. Bahkan hari ini pun kita sudah mengambil keputusan keputusan; jam berapa kita bangun, baju apa yang kita pakai, dan sebagainya. Dan setiap pilihan yang kita ambil, akan mendatangkan konsekuensi (kalau kecil [seperti memilih baju] akan mendatangkan konsekuensi yang kecil, dan sebaliknya).

Pilihan yang disampaikan Yosua pada bangsa Israel adalah sebuah keputusan yang memiliki konsekuensi yang besar bagi mereka – karena akan berdampak sampai kekekalan.

Apa yang disampaikan Yosua

[1] Takut akan Tuhan (Yosua 24:14a)

Yang firman Tuhan katakan di sini, adalah takut yang “reverrent awe”, bukan “terrorising horror”.

David Jackman: “A reverrent awe is the proper attitude of a redeemed sinner before a holy God, a humble submission that recognizes that He is God and we are not and that therefore submits every area of our lives to His authority”.

Saat kita mengambil sebuah keputusan dalam kehidupan, apa yang umumnya menjadi pertimbangan? Biasanya adalah diri kita, bukan? Jarang kita memikirkan Tuhan terlebih dahulu.

Takut akan Tuhan adalah mengakui Tuhan sebagai Tuhan; kita adalah orang berdosa yang layak dihukum Allah yang kudus tapi ditebus oleh Allah yang penuh kasih.

[2] Beribadahlah kepadaNya dengan tulus ikhlas dan setia

Dalam ayat 14-15 saja, kata “beribadah” (serve atau worship) diulang 7 kali; dan 14 kali dalam pasal 24 secara keseluruhan! Apa artinya beribadah/worship/serve pada Tuhan? Sering yang kita pikirkan adalah pergi ke gereja hari Minggu secara rutin atau masuk dalam pelayanan.

Tapi yang Yosua maksudkan lebih luas daripada “hal keagamaan”, tetapi hati yang dipersembahkan secara utuh kepada Tuhan.

Dalam ayat 14b, Yosua memerintahkan untuk menyembah Allah dengan meninggalkan/menjauhkan berhala-berhala yang disembah nenek moyang mereka.

Kita cenderung senang menyembah Allah tanpa meninggalkan berhala-berhala kita. Kita mau keduanya (menyembah Allah dan kepopuleran, atau menyembah Allah dan kebebasan hidup, dan sebagainya).

Matius 6:24 menuliskan kita akan mengasihi yang satu dan membenci yang lain kalau kita mempunyai 2 tuan. Suatu saat kita akan di perhadapkan pada sebuah pilihan – mengorbankan Tuhan, atau mengorbankan berhala-berhala kita. Kita lebih memilih penerimaan orang daripada Tuhan, dan sebagainya. Ilah-ilah palsu selalu memberikan apa yang kita mau, karena itu terkesan lebih menarik bagi kita.

Sayangnya, Tuhan ingin our undivided love and attention!

Dalam Yosua 24:15, ia menjatuhkan pilihan kepada orang Israel (dan kita): kalau undivided worship pada Tuhan bukan lah hal yang baik, maka kita ditantang untuk memilh: berhala mana yang akan kita sembah? Mengapa Yosua menyuruh mereka memilih allah orang Mesir atau allah orang Amori?

Setiap manusia dilahirkan sebagai seorang penyembah: apakah seseorang, atau sesuatu? Kita tidak bisa memilih apakah kita menjadi penyembah atau tidak, tetapi kita cuma bisa memilih siapa atau apa yang kita sembah.

Yosua memberikan tehnik retorik akan kebodohan orang Israel kalau mereka menolak beribadah pada Allah yang benar! Karena Allah yang benar telah mempermalukan dan merendahkan allah-allah orang Mesir dan Amori, dan bahkan memperlihatkan pada mereka dengan mata sendiri.

Family, sex, love, freedom, acceptance, self, dan banyak ilah yang lain yang kita suka sembah pada saat ini – karena kita berpikir berhala ini bisa memberikan yang kita inginkan. Namun mengejar berhala selalu menuju pada perbudakan, kekecewaan, dan kesengsaraan. Tidak pernah long-lasting dan pada akhirnya akan selalu membawa kehancuran.

Bangsa Israel dalam ayat 16-18 memilih menyembah Tuhan dengan cepat. Namun Yosua tidak langsung menerima pernyataan bangsa Israel – lihat ayat 19-21. Ia tahu bangsa Israel senang mengambil keputusan tanpa pikir panjang, tidak sungguh-sungguh dalam mempertimbangkan pilihan yang ada di hadapan mereka, dan konsekuensi dari keputusan yang di ambil.

Yosua memberikan panggilan untuk menyembah Allah yang sudah terbukti memelihara mereka di tengah ketidak-setiaan mereka (dengan menceritakan perbuatan-perbuatan yang Allah sudah lakukan untuk mereka). Kita pun, telah melihat banyak perbuatan-perbuatan yang Allah sudah lakukan dalam hidup kita – Yesus Kristus sendiri yang naik ke kayu salib dan menanggung dosa kita, bahkan bangkit bagi kita, dan mencurahkan Roh Kudus untuk kita. Dan banyak lagi pemeliharaan yang sudah Tuhan berikan bagi kita. Bukankah ini merupakan suatu hal yang baik untuk menyembah Allah yang sudah begitu baik bagi kita?

Mungkin kah kita meninggalkan Allah yang sudah begitu baik ini dan menyembah allah yang abal-abal? Sungguh suatu kebodohan, bukan?!

Ambillah keputusan pada hari ini – mau kah kau menyembah Allah yang sejati pada hari ini?

 

 

 

 

Post a comment

X