Tersinggung oleh Yesus

  


Stephanus Pradhana
Ringkasan khotbah 5 Maret 2023

Yesus lahir di Betlethem, besar di Nasaret, dan banyak pelayanan di Kapernaum. Dia banyak melakukan mukjijat-mukjijat (yang sudah kita bahas minggu-minggu sebelumnya) dan pada akhirnya Yesus pulang ke kota asalnya di Nasaret.

Apakah orang-orang kota nya menyambut dia dengan gegap gempita dan bersuka cita? Ternyata tidak. Reaksi warga Nasaret justru tersinggung dan menolak Yesus. Sebuah anti klimaks!

Baca Markus 6:1-6.

Ketika Yesus pulang ke Nasaret, Yesus diminta mengajar pada hari Sabat di sinagoga (tidak disebut Dia mengajar apa tapi dari Markus 1:15 kita bisa tahu inti dari pengajaran Yesus). Dan orang-orang yang mendengar terkajub dan kagum akan hikmat dan otoritas, tapi mereka tidak tahu harus berespon bagaimana terhadap Yesus.

Thinking out loud (Markus 2:2b)

Mereka bisa melihat ada yang berbeda dengan Yesus, dan mulai bertanya-tanya darimana Dia bisa memiliki semuanya itu (hikmat, kuasa, otoritas). Seharusnya mereka bisa menjawab keraguan mereka dengan logika – bahwa semuanya itu tidak mungkin didapat kecuali dari Allah semata, mungkin Yesuslah Mesias yang dijanjikan dan di tulis di kitab nabi-nabi, dll. Dan mereka seharusnya mendengar apa yang Yesus ajarkan – bertobat dan percaya padaNya.

Tapi sayangnya, ini tidaklah terjadi. Dan mereka hanya fokus pada background Yesus yang silsilahnya dipertanyakan (lihat Markus 2:3). Mereka malah marah dan kecewa (offended = arti literalnya adalah tersandung). “Dan mereka tersandung oleh Dia (ILT)”.

”They refuse to believe that one from such humble and familiar origins could be God’s agent for inaugurating the kingdom. They are offended (and perhaps jealous) that this young upstart is acting with greater authroity than this family background and social status warrant” – Mark Strauss.

Sampai-sampai ketidak percayaan mereka mengejutkan Yesus.

Tiga implikasi bagi kehidupan kita

[1] Jesus is offensive

Yesus seringkali menyinggung berbagai macam tipe orang. Kita mungkin menganggap Yesus baik, disukai banyak orang, ramah, menolong. Tapi menarik di Markus pun kita bisa melihat bahwa Yesus suka menyinggung banyak orang (dan bukan hanya orang Farisi saja; dalam perikop hari ini malah kita bisa melihat Yesus menyinggung warga biasa di Nasaret).

Menariknya, yang membuat orang tersinggung pada Yesus berbeda-beda pada setiap golongan: warga Nasaret tersinggung karena background Yesus, orang Farisi karena Yesus menolak peraturan-peraturan yang mereka buat, orang Saduki karena Yesus mengajarkan kebangkitan orang mati, Herodes karena takut kedudukannya terancam, dsb.

Sampai hari ini pun, Yesus masih menyinggung banyak orang dengan alasan yang berbeda-beda: kaum religius menolak Yesus sebagai Allah yang benar (Dia hanyalah nabi), orang-orang pintar (scientist) menolak karena menganggap keberadaan Yesus kurang didukung bukti-bukti kuat, orang yang open-minded tersinggung karena Yesus mengajarkan keselamatan hanya pada diriNya, dan kita, tersandung karena Yesus membatasi kebebasan kita (soal aborsi, seks sebelum menikah, dan sebagainya).

Reflection: What is the common offense for you, and for the people around you?

[2] Familiary breeds contempt

Keakraban seringkali membuat kita merendahkan orang tersebut (seperti warga Nasaret yang sudah mengenal Yesus sejak kecil). Warga Nasaret berpikir mereka sudah mengenal Yesus secara keseluruhan, tetapi sedihnya mereka justru tidak mengenal siapa Dia sebenarnya.

Dan ini merupakan bahaya bagi kita yang sudah lama ke gereja (dari kecil, misalnya), karena ada kemungkinan kita sudah begitu familiar, mengenal Yesus luar dalam, tapi ternyata sebenarnya pengenalan kita hanya di permukaan saja. Dan lebih sedihnya lagi, kita bahkan tidak mengetahui hal ini.

Kita hanya tahu sebagian saja dari Yesus Kristus, dan belum sepenuhnya.

Refleksi: Bagaimana dengan saudara? Sudahkah kau mengenal Yesus yang sesungguhnya? Mungkin kita sudah punya persepsi tentang Yesus yang kita sudah bangun dari kecil? Apakah kau sudah hidup dalam pertobatan dan percaya padaNya?

Ketika kita mengenal siapa Yesus sebenarnya, maka kita akan terus menerus hidup dalam pertobatan. Bukan hidup yang sempurna, tapi hidup yang mau terus dipimpin oleh Roh Kudus saat kita berdosa dan mau hidup di dalam kebenaran. Apakah hidup mu seperti ini? Atau acuh tak acuh?

[3] The problem of unbelief

Permasalahan dengan ketidak percayaan bukan karena bukti (bukan karena kita tidak melihat dan mendengar Yesus secara langsung); tapi karena kekerasan hati di hadapan bukti-bukti yang tidak terbantahkan.

Kalau kita bisa berkata bahwa kita akan percaya kalau kita sudah melihat dengan mata sendiri, maka kita tidak akan pernah percaya. Kita akan berusaha mengaburkan bukti-bukti yang sudah jelas di depan mata dengan alasan-alasan kita sendiri.

Kita bisa melihat warga Nasaret (dan juga orang-orang Israel dalam perjanjian lama) yang tetap tidak mau percaya, walaupun sudah melihat dan mendengar.

Seringkali kita menilai Yesus dari pengikut-pengikutNya (i.e orang Kristen) dan menolak Dia karenanya. Jangan menolak Yesus karena kegagalan pengikutNya, jangan salah fokus pada hal hal yang tidak relevan!

Selidikilah dengan sungguh-sungguh apa yang Dia katakan, yang relevan.

Sejujurnya (kalau kita benar-benar jujur dengan diri sendiri), alasan kita menolak Yesus adalah karena kita tahu hati kita keras, bukan karena tidak ada bukti. Kita bersikeras untuk hidup dengan kemauan kita sendiri!

“If we are honest, our rejection of Christ has very little to do with lack of evidence and much more to do with the scary thought that following Jesus means surrendering ourselves and giving up control”.

Benar, hidup kita akan di kontrol oleh Yesus, tapi bukan kah itu hidup yang jauh lebih baik? Dia Tuhan penguasa atas segalanya yang mengasihi kita, dan tahu yang terbaik bagi kita.

Banyak orang yang sudah desperate di alkitab yang baru menyerahkan hidupnya pada Yesus; Ini karena mereka sudah tahu jawaban dari hidup yang mereka pilih dan kontrol dengan dirinya sendiri!

Jesus is offensive but you don’t have to be offended by Him! We missed out a lot when we reject Him. Don’t reject Jesus that you don’t really know. Kenali Dia yang sesungguhnya, bukan dari pengikutnya, bukan dari apa yang hanya kau dengar. Carilah Dia dengan sungguh-sungguh, jangan keraskan hatimu!

Post a comment

X