Tentang Ketimpangan

  


Ringkasan khotbah 31 Oktober 2021
Mie Khie Liong
James 1:22

Kita tidak hanya. menjadi pendengar firman, tetapi juga pelaku firman. Banyak orang yang sudah bertahun-tahun ada di gereja, tapi tidak bertumbuh secara spiritual. Mengapa? Karena mereka hanyalah pendengar firman saja! Merasa kalau membaca alkitab saja sudah menjadi rohani.

Banyak juga orang melayani dan aktif di gereja, tetapi tidak berubah karakternya. Pelayanan dan aktif di gereja hanyalah sebagai sebuah “ekspresi” kehidupan kerohanian mereka. Pelaku firman tidak cuma melayani dan mendengar firman, but it’s more than that!

Jangan iman itu kita amalkan dengan memandang muka (partiallity, favouritism)

Jangan praktekkan iman dengan memandang yang di luar.

Background:

Gereja pada di jaman Yakobus ada banyak kejadian favouritsm, atau partiallity. eg: orang kaya yang datang diperlakukan dengan berbeda, misalnya orang kaya dapat tempat duduk yang bagus, orang miskin dapat tempat duduk yang tidak bagus.

Question: Apakah terjadi seperti ini di hidup kita atau di gereja kita?

Movement Black Lives Matter – Mengapa tidak “all lives matter”? Umum melihat dari warna kulit

Treatment kita kepada semua orang tidak harus saklak sama. Seperti treatment kepada istri kita tidak bisa disamakan dengan treatment kita kepada teman-teman perempuan kita. Treatment kita kepada orang yg disable tidak bisa sama dengan orang lain. Treatement kita kepada sahabat juga boleh beda, tetapi the true Christian, kalo ada orang yg baru atau orang miskin datang, harus juga menyambut dengan hangat dan dengan welcoming,  tidak mencuekkan mereka.

How does partiality happen?

– Culture (upbringing) – perbedaan ras, merendahkan ras lain. Contoh: di Indonesia, orang chinesse suka menganggap org pribumi rendah.
– Profit/ non profit – “persahabatan ini ada untungnya tidak”? Kita menilai orang lain dengan untung ruginya.
– Value/non value – Skill assessment in society.
– Social opinion – Apa pendapat orang tentang yang bagus dan yang tidak.

Why is it a problem? James 2:8 – “ Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”, kamu berbuat baik. Kita harus treat others just like how we treat others!

Ini hukum yang penting: love others, if we obey this command, we kinda already obey other commands that manage our relationship with others.

“Love one another as I love you” – Tuhan Yesus kasih kita contoh His love by dying on the cross.

Pandangan dunia dan pandangan alkitab sangat bertentangan.

How to change?

– Just do it (Yes and No)
– Do not show favoritism.

“Yes” -karena kita harus melakukannya, karena ini command Tuhan.
“No” – susah , karena enggak cuma dari luar aja (tidak dengan terpaksa), tapi hati kita juga harus sincerely do it.

God wants us to change from the inside. Jadi apa yang kita lakukan harus benar-benar dari hati kita dan karena kita ingin serupa dengan Tuhan Yesus; karena Tuhan Yesus yang sudah showed it how it had been done.

God is interested in what we are inside, not what we are doing. Jadi kasih harus muncul dari hati. Kasih itu yang menentukan apakah tindakan kita dari hati atau hanya pura-pura saja. Ini yang menjadikan susah, karena efek2 dari upbringing/culture kita. Tapi sekarang kita sudah tahu apa yg Tuhan mau.

Sekarang bagaimana caranya untuk kita yang tadinya susah mengasihi orang lain yang berbeda dengan kita, tapi sekarang we are commanded by God not to show favouritsm -> dengan cara mengubah apa yang di hati kita, pikiran kita, dan karakter kita. Baru apa yang kita lakukan akan keluar dalam perilaku kita!

This is practical, but not easy. Seperti tanaman yang sudah jelek, harus dicabut dan ditanam dengan bibit baru.

Kita harus replacing the old me, with the new me. Dirubah dengan firman Tuhan, kebenaran yang dari alkitab. Soalnya kadang-kadang itu sudah menjadi habit kita menjatuhkan orang lain. Ini hanyalah bisa diubah dengan Firman Tuhan. Tuhan akan mengubah kita dan semakin kita berjalan dengan Tuhan, kita akan makin ‘sensitif’ dalam berkata-kata, pikiran, etc.

Growing in faith harus jadi pelaku juga, yaitu ada intention untuk benar-benar ingin melakukannya. Awalnya mungkin salah-salah, but it’s ok, we learn how to walk with Christ.

Prioritas kita adalah to live with Christ, dan kita mau tahu siapa Tuhan kita dan mau berjalan dengan Dia. Kita mau spend time with Christ. Banyak yang bilang kita Kristen tapi kita tidak mau spend time dan hidup di dalam Tuhan. Menariknya, bagaimana kita bisa berubah kalau time yang kita spent itu hanyalah ‘wasting time’!

Untuk berubah, harus ada intention. No one can change you, kalo kita sendiri tidak ada intention. Harus punya tujuan berubah, dan komitmen, seperti mempunyai a healthy lifestyle, berjalan kaki lebih sering misalnya. Kalau kita tidak membuat waktu untuk berjalan, maka kita tidak akan pernah sehat.

Post a comment

X