Teladan Kristus

  


A Symbolic Image on the Eve of the Election in America
UGArdener / Foter.com / CC BY-NC

Pengkhotbah tamu Ko Mie Khie Liong
Ringkasan khotbah 3 Februari 2013

Di dunia yang serba kompetitif ini, kita diajarkan untuk selalu yang nomor 1, tidak mengalah kalau mau menang dan berhasil. Tapi Tuhan Yesus malah mengajarkan kita mengalah untuk menang.

Baca Filipi 2:1-11

Kalau kita disuruh memaafkan kesalahan orang, itu karena kita sudah dimaafkan. Memaafkan bukan nya untung buat kita, bukan? Tapi Tuhan sudah memaafkan kita di tengah-tengah kebobrokan kita, karena itu kita diberikan kemampuan oleh Tuhan untuk memaafkan orang lain juga. Di mata Tuhan, kalau kita tidak memberi dengan hati yang suka cita dan kasih, itu hanyalah tong kosong! (1Korintus 13).

Kita pun mengalah karena kita sudah dicukupkan oleh Tuhan. Waktu Paulus menulis ini, dia mau ada persatuan di jemaat Filipi. Kita diajarkan untuk saling mengalah dan bersatu. Kalau kita sudah menikmati begitu banyak berkat dari Tuhan, maka kita seharusnya punya kekuatan untuk mengasihi dan mengalah pada orang lain.

Begitu banyak denominasi Kristen di dunia ini (dikatakan 41,000 denominasi di dunia) dan gereja gereja pun banyak yang pecah sana sini. Kadang karena penafsiran firman Tuhan yang berbeda-beda, kita saling sikat sana sini.

“In essential, Unity. In non-essential, Liberty . In all things, charity”

Untuk firman-firman dasar/doktrin-doktrin yang utama, kita harus ada unity dan punya pengertian yang sama (misal: Yesus 100% manusia, 100% Allah).

Untuk yang tidak essential (misal: Baptisan percik vs selam)

Seharusnya, kata Paulus, kalau kita sudah punya kasih dari Allah, kita tidak seharusnya pecah/berkelahi dan bersatu. Gereja sebagai tubuh Kristus hanya bisa bergerak sebagai tubuh Kristus kalau kita bisa harmonis satu dengan yang lain!

Apakah itu berarti kita harus menjadi “keset” dan selalu ikut apa kata orang lain? Tidak juga. Terkadang kita juga sering menyatakan standard kita kepada orang lain dan mau orang lain mengikuti kita (dan kita dengan seenaknya bilang supaya itu tidak jadi batu sandungan). Kita harus hati-hati.

Kerendahan hati itulah karakter seorang Kristen. Saat saudara kita sedang membutuhkan sesuatu, apakah kita rela mementingkan kepentingan dia daripada kepentingan pribadi?

Dunia sekarang selalu mementingkan the “pursuit of happiness”. Tapi masalahnya, apa itu happiness? Apakah kita bisa men-define happiness? Setiap orang punya stadard happiness yang berbeda-beda kan? Riset malah menunjukkan orang yang mencari kebahagiaan adalah orang yang tidak bahagia. Lalu bagaimana bahagia? Baca Matius 6:33. Kebahagiaan kita harusnya adalah persekutuan bersama dengan Kristus, bukan kebahagiaan dari dunia ini!

Tuhan Yesus bukan hanya mengajarkan untuk melayani orang lain dan punya kerendahan hati, tapi Dia pun melakukannya!

Konsep dunia: Menjadi seorang leader untuk glory
Konsep Kekristenan: Menjadi seorang leader adalah menjadi seorang hamba/servant.

Kalau sekarang kita evaluasi: apakah kita ada perseteruan dengan saudara-saudara kita pada saat ini?

Post a comment

X