Tahun baru, relasi baru

  


Pdt Victor Liu
Ringkasan khotbah 16 Januari 2022
Yakobus 4:11-12

Relasi kita sering dihancurkan melalui kata-kata, dan Yakobus mengerti hal ini. Kita bisa melihat pasal-pasal di Yakobus yang menyentuh soal lidah dan perkataan kita.

Konteks Yakobus pasal 4 menceritakan anak Tuhan & persahabatan dengan dunia/self-pleasure (ayat 1-10), self-righteousness (ayat 11-12), dan self-reliance (13-14). Jadi dalam konteks seperti ini, kita bisa melihat bagaimana sebuah relasi bisa dibangun dengan bagus, dengan mengubah gaya bicara kita.

[1] Pakailah kata yang membangun, bukan menjatuhkan (ayat 11a)

“Jangan berkata-kata yang jahat” dan “jangan menghakimi” di ulang berkali-kali dalam perikop kita hari ini. Bahasa aslinya menunjukkan bahwa kalau kita sudah melakukan ini (berkata-kata yang menghancurkan hubungan), kita berhenti sekarang – tidak melakukan lagi.

Kata-kata yang jahat ( katalaleo) dan menghakimi ( krino) adalah istilah yang sama menurut Yakobus. Kata saling memfitnah disini artinya “speak down to in hostile” (berceloteh akan seseorang dengan maksud mengejek, mencemooh, merendahkan, atau menghancurkan reputasi seseorang).

Dan kalau tidak hati-hati, kata-kata kasar yang tajam itu sudah keluar dan melukai hati seseorang. Walaupun meminta maaf, kata-kata yang sembrono sudah tidak bisa ditarik lagi. Orang yang suka memfitnah atau menghakimi biasanya adalah orang-orang yang merasa benar sendiri (self-righteous). Karena itu Yesus sering menasihatkan supaya jangan seperti orang Farisi!

[2] Ingatlah bahwa kita tidak boleh menghidupkan perkataan yang menghakimi yang tidak benar atau kudus, unholy judgement (ayat 11a-12)

Yesus mengajarkan kita harus mempunyai “godly judgement”; kita sering langsung kasih pendapat dan asal bicara, padahal tidak tahu situasi yang sebenarnya. God’s Words on being judgmental: Matius 7:1-5, Roma 14:19-23, Yakobus 2:1-4, Roma 2:1, 1 Korintus 4:5, 1 Korintus 10:29-30.

Para penulis dan Tuhan tahu kecenderungan kita suka menghakimi, dan penghakiman yang tidak benar/tidak sehat, sering sekali terjadi. Kalau kita mau mengevaluasi/menghakimi, maka kita juga harus mau di evaluasi/hakimi juga – dan pada umumnya kita pun tidak mau! Kita harus memperhatikan dan mengamati sebelum kita menghakimi, dan terlebih lagi, lihat lagi motivasi kita terlebih dahulu. Apakah mau menjatuhkan? Merendahkan? Atau kita mau kasih tau secara tidak langsung kalau kita lebih baik dan lebih rohani dari orang lain?

Jujur di hadapan Tuhan, apa sebenarnya tujuan kita saat berkata-kata kritikan, masukan pada orang atau tentang orang lain? Kata-kata kita seharusnya membangun, bukan menjatuhkan!

Why we have relationship issues: punya prasangka yang jahat, perkataan yang jahat pada orang lain, mencari kepuasan sendiri!

Tiga alasan mengapa kita tidak boleh memakai kata-kata seperti ini (ayat 11-12):
a. Ketika kita menghakimi, kita menjadi hakim atas firman Tuhan (bukan pelaku firman Tuhan)
b. Karena Tuhan lah satu-satu nya hakim yang adil
c. Karena kita manusia yang terbatas

[3] Kita harus hancurkan, kalahkan kebiasaan perkataan yang jahat atau menghakimi (Penerapan dari nats hari ini)

Kalau kita tidak mau mengubah diri kita, perkataan kita, maka relasi kita tidak akan pernah bisa membaik.

a. Fokus pada karakter Kristus (ketika kita ingin keluar dari kebiasaan ini, ingatlah pada Kristus yang sudah disalib untuk kita. Dalam Yesus, ada kuasa yang memerdekakan dan memampukan kita)
b. Belajar mendengar dengan baik, jangan cepat berbicara, jangan cepat menghakimi
c. Mempunyai hati yang besar
Jangan sok benar sendiri, kita mau dibuka kan kejelekan kita dan diubah.
d. Belajar berkata-kata yang membangun (Amsal 16:24, Efesus 4:29)

Kata-kata adalah luapan dari dalam hati, karena itu jagalah juga hatimu! Kiranya suka cita dan damai dari Kristus menguasai hatimu.

Post a comment

X