Sesuai rencana

  


Stephanus Pradhana
Ringkasan khotbah 9 Januari 2022

Di awal tahun yang baru, banyak dari kita yang merencanakan hal yang baru, atau memikirkan hal-hal yang baru. Tapi mungkin ada juga dari kita yang sudah malas dengan planning, karena situasi COVID yang masih tidak menentu ini.

Jadi pertanyaannya, masihkah kita perlu berencana? Kita bisa menemukan jawabannya di Yakobus 4:13-16.

Kalau kita lihat, rencana si pedagang di perikop ini sebenarnya rencana biasa saja bukan? Lalu mengapa Yakobus mengkritiknya? Pedagang ini mempunyai rasa percaya diri yang tinggi bahwa rencana nya pasti akan terlaksana, bahkan sampai detail. This is “self-confident planning”.

Dan umumnya, kita juga sering berencana seperti ini, karena itu kalau rencana kita gagal, kita akan frustrasi. Dalam ayat 16, Yakobus menyebut ini sebagai sebuah kesombongan.

Kita sering berpikir bahwa kematian kita masih lama, padahal hidup kita bukan dalam genggaman tangan kita, tapi tangan Tuhan. Hidup kita hanya sementara (ayat 14) – seperti uap. Kita suka berpikir kita berkuasa dan mampu mengontrol hidup kita, termasuk berapa lama kita hidup.

Lalu apa solusinya? Yakobus tidak berkata bahwa kita tidak perlu berencana atau kalau Allah melarang kita berencana. Bahkan kalau kita lihat, Allah kita adalah Allah yang berencana – seperti rencanaNya yang mulia dalam Yesus Kristus melalui bangsa Israel. Baca juga Amsal 16:3 bahwa Allah meneguhkan rencana umatNya.

Jadi jelas Allah tidak melarang kita untuk merencanakan sesuatu. Lalu apa yang Yakobus mau katakan?

[1] Kita perlu sadar bahwa hidup kita ada dalam tangan Tuhan (ayat 15)
Tuhan yang mengatur nafas dan hidup kita yang bergantung pada kasih karunia Tuhan.

[2] Rencana kita berada di bawah rencana Tuhan
Hanya akan terlaksana kalau rencana kita itu klop dengan rencana Allah. Kita umumnya tidak suka dengan prinsip ini. Kita ingin semua terjadi sesuai dengan rencana dan keinginan kita!

Refleksi: Kalau kita berencana, bukan kah kita selalu memikirkan apa yang kita inginkan? Padahal mungkin Allah berencana lain dalam hidup atau keputusan kita, yang lebih baik dari apa yang kita pikirkan. Misal kita ingin pindah pekerjaan yang lebih baik, tapi mungkin juga Tuhan ingin kita stay di sana untuk menjadi terangNya, dll.

Kita perlu memberi ruang untuk Allah bisa menginterupsi rencana kita! Bahkan rencana kita yang terlihat baik dan mulia sekalipun. Paulus berencana menginjil ke Asia tetapi Roh Kudus menghentikan dia karena ada rencana Allah yang lain.

It’s ok to plan. Kita boleh punya rencana apa saja untuk kita, masa depan kita, keluarga kita, dan pelayanan kita. Tapi bawa lah itu semua ke dalam doa supaya bisa sesuai dengan rencana Allah.

HUMBLE PLANNING

A. Pray for discernment
B. Confess our dependence upon God’s grace
c. Welcome Divine interruption

Kita harus mengerti bahwa apa pun yang terjadi, walaupun di luar rencana dan kontrol kita, kita bisa tenang karena kita bisa percaya pada Allah kita.

TRUSTING GOD

Bagaimana kita bisa mempercayakan segala rencana dan hidup kita pada Tuhan? Jeff Bridges dalam bukunya berkata kita perlu mengenal Tuhan kita, karakter Dia: Berkuasa (Trust God’s sovereignty), Kasih (Trust God’s love, apa pun yang terjadi), Berhikmat (Trust God’s wisdom, kita tidak akan mengerti Allah tapi apa yang terjadi kita harus percaya bahwa itu adalah kebaikan untuk kita, hidup yang menyerupai Kristus).

Baca Roma 8:28-29. Allah punya rencana bagi kita dan dalam setiap interupsi yang terjadi pada rencana kita, kita bisa yakini bahwa itu adalah kebaikan Allah supaya kita bisa semakin menyerupai Kristus.

Kita bisa tenang dan menyerahkan rencana kita pada Dia, kalau kita mengerti sungguh-sungguh karakter-karakter Allah ini! Percaya lah kepadaNya, Dia yang memelihara hidup kita dan perduli atas hidup kita!

Post a comment

X