Rahab

  


My Lonely Island - Niijima Coast at Sundown
Sprengben [why not get a friend] / Foter.com / CC BY-NC-SA

Pengkhotbah tamu Mie Khie Liong
Ringkasan khotbah 15 Desember 2013

Mungkin banyak orang tua yang menamai anaknya dari tokoh-tokoh alkitab, seperti Paulus, Maria, Martha, dan sebagainya. Tapi jarang atau tidak pernah kita menemukan Rahab. Rahab adalah seorang pelacur, yang menjadi tokoh iman dan tertulis di kitab Ibrani (Ibrani 11:31). Sebuah cerita yang terlihat sederhana, tapi banyak yang kita bisa pelajari dari Rahab.

Kata “Kristen” pada jaman dahulu dipakai oleh orang di luar gereja sebenarnya (sebutan yang diberikan orang dunia untuk pengikut Kristus), bukan berasal dari gereja mula-mula atau alkitab. Apa sebenarnya arti seorang Kristen? Apakah asal KTP kita beragama Kristen? Atau asal kita seminggu sekali sudah ke gereja, kita tetap Kristen? Istilah yang dipakai gereja pada waktu itu adalah murid (Disciple). Seorang “murid Kristus” berbeda dengan seorang “Kristen”. Rahab, adalah seorang murid.

Baca Matius 13:44 mengenai kerajaan Sorga. Tuhan ingin meng-establish kerajaan Sorga sekarang ini, di dunia. Dalam cerita ini, orang tersebut menjual seluruh harta miliknya, bukan sebagian. Bukankah seolah-olah lebih bagus kalau masih ada sebagian harta DAN harta terpendam? Kita kadang sering ingin Yesus DAN dunia. The Kingdom of God is free, but it will cost you everything that you have!

Ketika Rahab mendengar orang Israel mau menyerang kota Yerikho, dia memutuskan untuk meninggalkan semuanya (rumah nya dan kota dimana dia lahir dan hidup). Dia menaruh pengharapannya dan masa depan kepada Tuhan. Iman Rahab ditunjukkan dari perbuatannya (dia menyembunyikan kedua pengintai, dll). Dia tidak hanya percaya tapi ada perbuatan yang ditunjukkan, ada yang dikorbankan (kalau dia ketahuan, dia akan dibunuh), dia ambil resiko meninggalkan semua yang dia punya untuk masa depan yang dia belum ketahui.

The Gospel/good news, is available to all. Bahkan di saat Yesus lahir, malaikat menyampaikan kabar baik kepada para gembala, orang-orang yang status rendah dan hina.

Sudahkah kita tinggalkan “Yerikho” kita? Rahab sudah memutuskan untuk meninggalkan hidup dia yang lama di Yerikho. Apakah kita percaya sepenuhnya kepada Tuhan? Menyerahkan segalanya pada Tuhan? Atau hanya setengah-setengah saja? Tuhan tidak pernah memaksa kita, tapi kita harus memberikan sepenuhnya pada Dia!

Sudahkah kita mengalami suka cita karena kita sudah menerima kerajaan Sorga? Apakah kita bersuka cita di dalamnya? Apakah kita mengingat suka cita dan bersyukur atas apa yang sudah Tuhan lakukan dalam hidup kita selama setahun ini? Ataukah pada saat natal ini kita hanya fokus pada liburan, pesta, dan hadiah natal? Saat seseorang terperangkap karena kecelakaan dan diselamatkan, dia akan bersuka cita penuh. Apakah kita merasa seperti itu? Kita yang diselamatkan dari dosa dan kematian, karena Juru Selamat kita

Apakah pengharapan kita didasarkan pada kekuatan dan rencana kita sendiri? Bedakan the Gift and The Giver! Tinggalkan “Yerikho” (dunia) kita, syukuri apa yang Yesus sudah lakukan untuk kita dan bersuka citalah di dalamnya.

Sudah kah kita memberikan semua usaha kita untuk ikut Tuhan dengan sungguh-sungguh? Apa yang kita sudah lakukan untuk Tuhan? Seorang Kristen bisa untuk tidak melakukan apa apa untuk Tuhan, tapi seorang murid harus terus melakukan sesuatu (belajar, berlatih, bertumbuh, melayani untuk Tuhan). Kerajaan Sorga bukan sekedar teori!

Kalau kita mengasihi Kristus dengan sungguh-sungguh, maukah kita meninggalkan Yerikho kita seperti Rahab? It will cost you everything that you have. Tapi biarlah kiranya kita bisa membuat keputusan untuk sungguh-sungguh mengasihi Kristus!

Post a comment

X