Pernikahan dan Perceraian

  


Pdt Victor Liu
Ringkasan khotbah 24 September 2023
Markus 10:1-12

BPS Indonesia menyatakan bahwa angka perceraian di Indonesia sangant tinggi. Dalam setahun bisa mencapai sekitar 500 ribu yang bercerai. 3 alasan utama bercerai yaitu pertengkaran, masalah uang & ketidaksetiaan dalam pernikahan.

Mari bahas soal pernikahan.

Para orang Farisi mengetest Yesus dengan pertanyaan perceraian, tetapi di jawab Yesus dengan penjelasan tujuan awal dari pernikahan. Perhatikan juga, tulisan Markus 10:1-12 dan Matius 19:1-12 berbeda. Matius mengakiri dengan 3 alasan penjelasan Yesus untuk orang yang tidak menikah, tetapi Markus mengakhiri pernyataan Yesus soal perzinahan bagi yang bercerai menikah lagi ( ayat 10-12) dan Markus tidak menulis alasan boleh bercerai seperti ditulis oleh Matius 19:9 (Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah. ). Pengamatan kita menyatakan bahwa Markus sengaja menulis ini karena ada tujuan dari bagian ini yaitu Markus menekankan tujuan awal dari pernikahan yang dibuat atau didesign oleh Allah yaitu oneness, menjadi satu selama hidup, permanently.

Markus 10:4 dikutip dari Ulangan 24:1.

Dalam jaman Yesus ada 2 kubu kelompok teologi yang berbeda atau 2 kelompok Rabi: Hillel dan Shammai.

Bagi kelompok Hillel, mereka menafsirkan Ulangan 24:1 (bahwa Musa mengijinkan cerai kalau ada kejadian tidak senonoh yang dilakukan istri) sebagai apa pun yang dilakukan istri yang tidak di sukai suami (i.e kalau tidak bahagia, boleh di ceraikan – dan ini sama seperti konsep dunia saat ini).

Kelompok Shammai menafsirkan “tidak senonoh” dengan lebih kaku, yaitu kalau berhubungan dengan hal-hal immoral (seperti perzinahan atau penyelewengan seksual), baru boleh diceraikan. Kelompok ini tidak terlalu banyak pengikutnya, tapi pemimpin-pemimpin kolot suka dengan ajaran ini.

Jadi orang-orang Farisi ingin menjatuhkan Yesus, ingin melihat kelompok mana yang Yesus ikuti dari jawaban Yesus, supaya menyulut keributan dengan kelompok yang lain. Dan Yesus menjawab dengan bijaksana, karena mereka semua menghormati Musa.

Pengajaran Yesus (ayat 5-9)

Yesus ingin memfokuskan bahwa design awal dari pernikahan adalah tidak ada perceraian, namun karena ketegaran hati manusia lah Musa akhirnya memberikan surat perceraian. Perhatikan istilah ketegaran hati, hard heart, merupakan masalah dasar, utama dalam pernikahan. Ketika para orang Farisi bertanya soal perceraian, Yesus membahas soal pernikahan. Bahkan Yesus menjelaskan dari tujuan asli atau awal dari pernikahan (Kejadian 1 & 2). Ketika kita tidak mengerti dan tidak menghidupkan komitmen tujuan awal atau original dari pernikahan yang direncanakan Tuhan bagi kits maka kecendrungannya kita mudah ambil jalan pintas atau perceraian dalam pernikahan.

Musuh utama dalam pernikahan: Keras Hati, Hardened Heart.

Perhatikan ayat 5, bagi Yesus musuh utama dalam pernikahan adalah keras hati, hardened heart. Orang yang keras hati adalah orang tidak mau terima masukan, orang yang tidak lemah lembut, orang yang sudah punya pandangan sendiri tanpa bisa berubah, orang yang tidak mau dengar nasihat, orang yang tidak mau membuka dirinya agar Firman Tuhan menguasai hidupnya. Bagi orang yang keras hati selalu fokus pada kebenaran sendiri, bukan kebenaran Tuhan; keinginannya sendiri, bukan keinginan Tuhan; his pleasure, his self righteousness, not HIS pleasure, HIS righteousness.

Orang yang keras hati fokus pada keinginan agar dituruti. Jadi orang yang keras hati adalah orang yang paling egois, mementingkan diri sendiri. Hardened heart people is
selfish, self-centred focus. In 2 Kor 5:15 Paul explains that having a selfish life is a sin which Jesus died to transform. For Paul, the DNA of sin is selfish, focusing on me, my wants, my desire, my need, my expectations, my feelings, my kingdom. It’s always “Me, me, me, me, me, me,me, me”. Are you bored listening to this? Selfishness makes things boring in your marriage. Selfishness will destroy your marriage. Maturity in marriage means unselfish, focusing on living for God & others.

Tiga prinsip pengajaran Yesus tentang pernikahan.

[1] God’s design for marriage is between a man and a woman (Markus 10:6)

Dari bahasa Ibrani, Man = ish, woman = ishah (diambil dari laki-laki). Pernikahan memang di desain untuk laki-laki dan perempuan, bukan sesama jenis. Pernikahan bukanlah Tono & Amir atau Aminah & Siti. Pernikahan merupakan bersatunya seorang laki-laki & seorang wanita.

[2] The original purpose of marriage is one flesh (Markus 10: 7-9)

Yesus ingin menekankan kembali Kejadian 2:24, dan one flesh berarti dipersatukan oleh Allah dan tidak boleh diceraikan manusia (because marriage is a covenant, not a contract). Lihat Amsal 2:17, Maleakhi 2:14.

One flesh berarti permanen. Pernikahan adalah penggabungan dari 2 orang yang berbeda tapi ada proses transformasi, supaya memancarkan kasih dan kemuliaan Tuhan. Tuhan ingin pasangan saling memperlengkapi, saling diubah satu sama lain karakter nya supaya semakin menyerupai Kristus.

Selalu ingat bahwa pernikahan untuk suatu yang besar yaitu adanya transformasi. Oneness in marriage for transformation life like Christ for His glory. In marriage, God is most glorified when the life of both husband & wife are transformed to have the characters of Jesus Christ! So marriage is not about for your happiness or your comfort, but for life transformation into Christ-like.

[3] To become one flesh is a process (Markus 10:7-8)

Pernikahan adalah sebuah proses, sama seperti kita yang sudah dibenarkan oleh Kristus, tapi kita masih terus berproses untuk bisa hidup benar dan kudus.

Oneness

A. Maturity – Meninggalkan

Proses pertama untuk menjadi one flesh adalah meninggalkan orang tua, menunjukkan sudah dewasa dari segi finansial (tidak lagi bergantung pada orang tua), dari segi keputusan, dan emosi.

Ketidak dewasaan dari segi emosi akan membuat seorang pasangan menjadi childish, selalu fokus pada apa yang dia inginkan. Emosi yang childish akan membahayakan relasi!

B. Total Commitment – Bersatu

Istilah yang dipakai adalah seperti lem untuk menyatukan kedua kertas, dan kalau dipaksa akan robek dan penuh air mata.

Nats kita tidak menjelaskan soal cinta, tetapi kita mengerti bahwa total komitmen menyatakan adanya kasih, cinta. Cinta tanpa adanya total komitmen hanyalah sebuah kata yang kosong.

When a man & a woman get married, they focus on the new relationship.

Total commitment refers to a state of complete dedication in a relationship. It involves giving one’s full attention, energy, and resources towards the achievement to become one flesh.

* Marriage is not a one hour ceremony but a total commitment for a total/whole life.

Total Commitment brings comfort,  encouragement & strength in your marriage journey for the rest of your lives. There are always problems in life & in your  marriage but Total Commitment will keep you together. When you love somebody, you should have total commitment to one another.

Dalam sebuah pengabdian (termasuk pernikahan), tidak bisa mendua hati. Lihat Matius 6:24. Mendua hati dalam pernikahan bisa menghancurkan & merusak hubungan pasutri.

C. Deep Intimacy, oneness in Sexual Relationship.

Husband and wife should build deep intimacy. One flesh includes enjoying your sex life. In 1 Cor 6:16-17 Paul also mentions that one flesh is a sexual relationship between husband and wife.

Sex is good within marriage, a husband & a wife.. Outside of marriage, having sex is sinful &  a destroyer to your marriage. Di luar pernikahan, seks adalah sebuah perzinahan dan dosa yang besar di mata Tuhan!(Lihat Kejadian 39:9- There is no one greater in this household than I am. He has withheld nothing from me except you because you are his wife. So how could I do such a great evil and sin against God?” – NET).

Pay attention these 3 step’s to achieve your oneness in marriage. Having MATURITY CHARACTER IN Christ + Total Commitment + Deep intimacy.

Having a sexual relationship can be beautiful if, within your marriage, you possess maturity of character and total commitment. Sex is not for selfish individuals; it’s not for a husband and wife who lack complete commitment to each other.

Sex is sacred and is best experienced within the confines of marriage. It is a powerful force, but it also requires skill. As a husband and wife, you can patiently enjoy and learn from your sexual experiences.

Penekanan Markus pada rencana awal pernikahan, perceraian bukan suatu opsi.

Mat 19:9, Matius 5:32 menjelaskan boleh nya bercerai (karena alasan immoral- perjinahan) dan termasuk 1Kor 7:15 (karena pasangan yang tidak mengenal Tuhan yang ingin berpisah). Immoral & abandon merupakan 2 alasan adanya perceraian. Dengan kata lain, implisitnya dua alasan ini memperbolehkan untuk menikah kembali. Namun Markus dalam penulisannya, ingin memfokuskan pada pernikahan yang di design oleh Tuhan sejak awal adalah menjadi satu (tidak lagi dua tapi satu): selamanya, permanently, sampai ajal memisahkan mereka, bukan pada perceraian!

Ketika ada masalah rumah tangga, penting untuk saling mengampuni & berdamai kembali (forgiveness & reconciliation). Itulah sebabnya Markus memberikan pernyataan Yesus pada ayat 10-12 untuk menekankan bahwa perceraian merupakan suatu pertentangan dari rancangan yang indah suatu pernikahan dari Allah (oneness in marriage for His glory) dan perceraian membawa masalah yang rumit dalam pasangan suami isteri.

Remember Jesus, our Lord,  our Saviour & The Creator of Marriage.

When we try to achieve oneness in our marriage through our own strength, we are bound to fail. It’s important to remember that Jesus Christ—our God, our Savior, and the Creator of marriage—will guide us. Jesus is with us in our marriage; Emmanuel means ‘God is with us.’

His grace is sufficient. Grace is not just about past forgiveness or future assurance of heaven; it is also about the present moment—in our mess, in our struggles. We have a compassionate and caring Redeemer who is always there for us.

Jesus understands that achieving oneness in marriage is challenging. Marriage is the union of two sinners—a man and a woman. But with a faithful, powerful, and righteous Savior like Jesus Christ, who is also the Creator of marriage, we can overcome these challenges. Therefore, trust Jesus with all your heart. Allow Him to transform you and your marriage, and follow His guidance.

Let Jesus, the Creator of marriage, lead, create, guide, and bless your union. Continue to worship Him within the context of your marriage!

Yesus sanggup untuk memampukan dan menopang pernikahan saudara. Ketika engkau bergumul di tengah-tengah perbedaan satu sama lain, di situ lah kasih karunia Kristus akan menolong mu, selama engkau terus bergantung kepadaNya di tengah situasi apa pun juga!

Post a comment

X