Pemeliharaan Tuhan

  


Kansas Summer Wheat and Storm Panorama
JamesWatkins / Foter / CC BY

Pdt Victor Liu
Ringkasan khotbah 16 Maret 2014

Mungkin saat ini kita sedang mengalami sebuah masalah, atau kekuatiran akan masa depan. Pertanyaannya adalah apakah masih ada pengharapan dalam hidupmu? Dan apa dasar dari pengharapanmu?

Tidak ada apa pun atau siapa pun yang kita bisa pegang dalam dunia ini. Kita akan kecewa dan frustrasi

Markus 4:35-41

Perhatikan ayat 38: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?”

Dalam pasal 1 sampai 4, Yesus sudah membuat banyak sekali mukjijat-mukjijat. Namun di cerita ini, murid-murid masih takut juga. Orang bisa melihat, memperhatikan, dan mengalami – namun tidak percaya. Para murid sudah melihat air dijadikan anggur, arang buta dicelikkan, dan banyak sekali hal yang lain. Kejadian ini bukan terjadi di awal-awal. Menyedihkan sekali, bukan?

Kita bisa rajin pergi ke gereja, melihat hidup yang terus ditolong dan disertai oleh Tuhan, tapi tidak sungguh-sungguh meyakininya. Sama dengan orang Israel yang keluar dari perbudakan Mesir, melihat mukjijat-mukjijat penyertaan Tuhan (sebelum dan sesudah keluar dari Mesir). Namun sejarah bangsa Israel selalu sama – mereka menggerutu saat ada masalah dan kecut, takut hatinya. Hidup mereka terus menerus tidak ada ucapan syukur dan bahkan ingin kembali ke perbudakan Mesir. Dan yang paling parah, hati mereka malah melawan dan jauh dari Tuhan. Mereka hanya melihat dan menanti berkat, bukan si Pemberi Berkat.

Apa jaminan dari pemeliharaan Tuhan?
Bukan perbuatan baik kita, bukan iman kita, tapi atas karakter Tuhan! Karakter Tuhan yang perduli pada kita membuat Dia untuk tidak mungkin tidak perduli pada kita. Di cerita yang mirip, Tuhan datang menolong mereka juga (“Yesus berjalan di atas air”),

Banyak hal yang dilakukan Tuhan karena iman manusia, ada karena Tuhan yang menginginkan, tapi ada juga karena karakterNya, belas kasihan (contoh: Markus 1:40, Hana yang mandul)

Kita sering melupakan pemeliharaan Tuhan, padahal Tuhan lah yang mengatur dan mengontrol semua kehidupan kita.

Pemeliharaan Tuhan dalam nats ini di ayat 35 menunjukkan bahwa Tuhan lah yang mengontrol dan membawa, meng-inisiatif. Ayat 36 mengkontraskan bahwa para murid yang akhirnya menjadi pilotnya/memimpin, padahal di ayat 35 Tuhan lah yang memimpin. Saat kita ingin memimpin dan mengontrol hidup kita, kita akan stress! Tapi kita sebagai manusia selalu ingin “in control”, bukan? Jangan lupa murid-murid adalah para nelayan yang sudah biasa dan punya skill akan hal ini.

Pemeliharaan Tuhan bukan berarti tidak ada “ombak”. Awalnya di cerita ini, pada saat ombak datang, mereka mungkin sudah terbiasa. Sampai pada saat itu di luar kontrol mereka, baru mereka mencari Tuhan Yesus. Kita pun sering demikian bukan?

Pemeliharaan Tuhan harusnya membuat kita tenang dalam hidup ini, atas apa yang sedang terjadi dan juga untuk masa depan kita. Pada saat kita
“berteriak” (cry out) pada Tuhan dengan hati yang hancur, Tuhan perduli pada kita. Dia selalu perduli dan memelihara kita.

Pemeliharaan Tuhan tidak selalu sesuai dengan apa yang kita harapkan (Stefanus dilempari batu sampai mati, Tuhan membiarkannya). Tuhan bisa mengontrol segala sesuatu (contohnya Sadrakh, Mesakh, dan Abednego tidak mati terbakar), tapi Dia selalu punya rencana yang lebih indah untuk kemuliaanNya.

Kadang pemeliharaan Tuhan juga tidak datang dengan segera! Abraham pada umur 75 dijanjikan seorang anak, tapi 25 tahun kemudian baru janji Tuhan itu terlaksana! Bangsa Israel keluar dari Mesir setelah 400 tahun. Pemeliharaan Tuhan selalu tepat pada waktunya, tidak lebih awal, tidak lebih telat! Karena itu kita tidak perlu kuatir dan ingin mengontrol hidup ini, karena kita tahu Tuhan melihat dan memelihara kita, tahu yang terbaik untuk kita! Tanpa prinsip ini, kita bisa menjual iman kita, kita bisa melakukan hal hal yang tidak benar di mata Tuhan!


Sering kita mendapatkan berkat dan anugerah dari Tuhan dalam hidup kita. Namun seberapa sering kita bersyukur? Seberapa sering kita masih tidak percaya akan penyertaanNya? Seberapa sering kita tidak perduli pada si Pemberi Berkat, dan kita hanya memanggilNya pada saat kita membutuhkan pertolonganNya?

Tidak ada sesuatu hal apa pun dalam hidup ini yang permanen. Hanya karakter dan pemeliharaan Tuhan lah yang sama, untuk selamanya!

Post a comment

X