Letter to the Church in Laodicea

  


Seri Letter to Churches
13 Oktober 2019
Wahyu 3:14-22

Menurut John Stott, surat terakhir ini merupakan sebuah surat yang paling relevan untuk gereja di jaman abad ke-21 ini. Menarik juga bahwa surat terakhir ini tidak mempunyai pujian apa pun dari Tuhan!

Sermon Translation in English (not available this week):

Praise & Worship:


The Symptoms (ayat 15-16)

Yesus mencela jemaat Laodikia yang suam-suam kuku, tidak dingin dan tidak panas. Kata suam-suam kuku ini sering diartikan sebagai mediocrity (yang setengah-setengah), tapi sebenarnya kurang tepat.

Kalau kita lihat ayat 15, Yesus berkata lebih baik gereja nya panas atau dingin, jadi interpertasi kurang pas kalau Yesus menginginkan gerejaNya “dingin”.

Lalu apa artinya? Latar belakang Laodikia adalah sangat kaya, dekat sungai Lycus. Mereka punya semuanya kecuali punya sumber mata air (water supply). Kota Kolose (di sebelah Tenggara dari Laodikia), mempunya mata air dingin yang murni. Sedangkan di utara, ada kota Hierapolis, yang mempunya sumber mata air panas yang mempunyai kandungan mineral untuk menyembuhkan penyakit.

Air panas dari Hierapolis = healing
Air dingin dari Kolose = refreshing

Tetapi Laodikia tidak mempunyai mata air apa apa, dan mereka harus mengalirkan air panas dari Hierapolis, dan air dingin dari Kolose. Namun karena jarak dan sebagainya, air panas yang tiba ke Laodikia sudah suam-suam, sangat tidak enak untuk dipakai dan diminum.

Sehingga metafora ini lah yang dipakai Tuhan untuk menunjukkan kondisi jemaat Laodikia. Kehidupan mereka tidak berbeda dengan orang yang tidak mengenal Tuhan; mereka hanya mengejar status dan kemungkinan besar berkompromi dengan dunia supaya bisa menjadi kaya dan berkelebihan. Mereka tidak lagi mencerminkan kemuliaan Allah. Baca Matius 5:13-16

“The unbeliever of Laodicea were receiving neither spiritual healing nor refreshment because the church was not actively fulfilling its role of witnessing to Christ through their lives”.

Apakah hidup kita seperti air panas dari Hierapolis yang menyembuhkan, membawa pemulihan pada orang di sekitar kita? Atau air dingin dari Kolose yang refreshing?

The Underline Cause (ayat 17)

Tuhan menulis apa yang menyebabkan mereka menjadi suam suam kuku, i.e akar permasalahannya: complacency & self-sufficiency.

Mereka hidup dalam kekayaan, puas dalam kehidupan mereka, nyaman. Sehingga mereka merasa tidak membutuhkan apa-apa.

Orang-orang yang merasa nyaman: jarang punya waktu untuk berdoa (selalu sibuk), lebih senang melihat social media & yang lain nya daripada belajar firman Tuhan, terlambat atau pas-pas an untuk berbakti pada Tuhan, tidak punya compassion pada mereka yang membutuhkan, dan sebagainya.

Ketika kita tidak berdoa, tidak membaca firman Tuhan, kita merasa mampu mengatasi hidup dan merasa self-sufficient. Banyak gereja di luar negeri seperti Melbourne mengalami hal-hal seperti ini; jemaat berasal dari keluarga kaya yang mengirimkan anaknya untuk belajar, hidup dalam kecukupan dan comfortable.

Dalam 17b, pandangan Tuhan sangat berbeda dengan pandangan jemaat Laodikia terhadap diri mereka.

The Remedy (ayat 18-20)

Setelah Yesus memaparkan kesalahan mereka in a strong rebuke, Yesus tidak langsung menghukum mereka, tapi memberikan kesempatan untuk bertobat. Yesus menegur keras dengan kasih, menghajar kita bukan karena Dia pemarah, tapi untuk kebaikan kita.

Rendahkan hatimu di hadapan Tuhan!

Ayat 18a: kita merasa self sufficient, tapi sebenarnya kita memerlukan Kristus. Kita tidak bisa “kaya di hadapan Allah”, “kebutaan rohani” kita, “kebobrokan & ketelanjangan kita” dengan apa yang kita punyai.

Yang Yesus minta mereka menyadari kebutuhan mereka, melihat “kemiskinan” mereka di hadapan Allah, dan datang kepada Yesus.

Jubah putih menunjukkan kehormatan dan kemuliaan Allah. Ketelanjangan kita (keberdosaan) mengarah kepada penghakiman Allah tapi kita ditutupi / di cover oleh jubah dari pengorbanan dan kasih karunia Kristus.

Kiranya kita bisa melihat kemuliaan dan kekayaan Kristus, be amazed with Christ – bisa menghargai dan kagum, hormat akan Tuhan.

Yesus memanggil kita untuk datang kepadaNya. Kita mungkin tidak suka dikritik orang, atau bahkan oleh Tuhan, Tapi Tuhan berkata dengan hati lembut, bahwa orang yang Dia kasihi akan Dia tegur dan disiplinkan. Bahkan memanggil dan mengetuk dengan kelembutan.

Baca lagi janji Kristus dalam ayat 21, dan ayat 22. Dengarkanlah Dia!

Post a comment

X