Kewarganegaraan Ganda

  


Ps. Danny Gamadhi
Ringkasan khotbah 18 Februari 2024

Textual Structure

Then they sent to Him some of the Pharisees and the Herodians,

to catch Him in His words.

When they had come, they said to Him,

“Teacher, we know that You are true, and care about no one;

for You do not regard the person of men,

but teach the way of God in truth.

Is it lawful to pay taxes to Caesar, or not?

Shall we pay, or shall we not pay?”

 

But He, knowing their hypocrisy, said to them,

“Why do you test Me?

Bring Me a denarius that I may see it.”

 

So they brought it. And He said to them,

“Whose image and inscription is this?”

They said to Him, “Caesar’s.”

 

And Jesus answered and said to them,

“Render to Caesar the things that are Caesar’s,

and to God the things that are God’s.”

 

And they marveled at Him.

 

Sermonic Structure

Wholly Ambitious: The Double Ambition

To prosper ourselves

To suffer our foes

Wholly Redeemed: The Double Side of Redemption

Child of God

Friend of God

Holy Ambitions: The Double Citizenship

Earthly Goverment

Kingdom of God

Synopsis

Dunia ini penuh dengan ambisi. Kita semua didorong oleh keinginan untuk mencapai sesuatu, untuk menjadi lebih baik, dan untuk meninggalkan jejak kita. Tapi apa yang mendorong ambisi ini? Apa yang memotivasi kita untuk terus maju dan berusaha lebih keras?

Dua dorongan besar yang mendasari ambisi manusia adalah:

  1. Keinginan untuk melebihi orang lain: Kita hidup di dunia yang kompetitif. Kita selalu dibandingkan dengan orang lain, dan kita ingin menjadi yang terbaik. Kita ingin lebih sukses, lebih kaya, lebih pintar, lebih cantik, dan lebih terkenal daripada orang lain. Dorongan ini dapat memotivasi kita untuk mencapai hal-hal besar, tetapi juga dapat menyebabkan kecemburuan, kesombongan, dan kekecewaan.
  2. Keinginan untuk membalas rasa sakit: Kita semua pernah terluka dalam hidup ini. Kita mungkin telah dikhianati, dibohongi, atau dianiaya. Rasa sakit ini dapat meninggalkan bekas luka yang mendalam dan mendorong kita untuk membalas dendam. Kita ingin orang yang menyakiti kita merasakan sakit yang sama seperti yang kita rasakan. Dorongan ini dapat memotivasi kita untuk mencari keadilan, tetapi juga dapat menjerumuskan kita ke dalam kemarahan, kebencian, dan kekerasan.

Kedua dorongan ini, sadar atau tidak sadar, telah mengarahkan hidup kita kepada tujuan atau ambisi yang kita kejar. Ada ambisi untuk menjadi kaya, menjadi populer, menjadi sehat, menjadi makmur, memiliki reputasi baik, dan berdampak luas. Ada juga ambisi untuk membalas kejahatan orang yang melukai kita.

Penebusan Yesus dan Implikasinya

Di tengah dua dorongan yang memiliki banyak sebab ini, Yesus datang ke dunia untuk menebus manusia. Penebusan-Nya tuntas dan sepenuh. Dalam ketuntasan ini, setiap orang yang ditebus-Nya memiliki hak untuk menjadi anak sekaligus sahabat Allah.

But to all who did receive him, who believed in his name, he gave the right to become children of God. Who were born not of blood, nor of the will of the flesh, nor of the will of man, but of God.
– John 1:12–13

J.I. Packer berkata: “What is a Christian? The richest answer I know is that a Christian is one who has God as father. If you want to know how well a person understands Christianity.” Ketuntasan penebusan ini memiliki beberapa implikasi penting:

  • Kita hidup dalam dunia dengan mengakui otoritas Kristus: Penebusan Yesus telah membawa kita ke dalam kerajaan Allah. Kerajaan ini memiliki otoritas atas seluruh dunia, termasuk pemerintahan dan kerajaan Surga. Mengakui otoritas Kristus berarti memberikan kewajiban kita kepada pemerintah dengan sepatutnya, tetapi juga menunaikan kewajiban kita yang lebih utama kepada kerajaan Allah.
  • Gereja mewakili kerajaan Allah di dunia: Yesus telah memberikan otoritas kepada gereja-Nya untuk mewakili kerajaan Allah di dunia. Gereja bertanggung jawab untuk memberitakan Injil, mengajar orang tentang Yesus, dan memimpin orang-orang kepada keselamatan.
  • Kita memiliki kewajiban kepada gereja: Sebagai orang-orang yang telah ditebus oleh Yesus, kita memiliki kewajiban untuk mendukung gereja dan pekerjaannya. Kita harus setia menghadiri ibadah, memberikan persembahan, dan melayani di gereja.

Ambisi yang Diberikan Tuhan

Sejak tahun 6 M orang-orang Yahudi dipaksa membayar pajak langsung ke kas kaisar. Beberapa patriot Yahudi (seperti kaum Zelot) menolak membayar pajak ini karena mereka tidak ingin mengakui pemerintahan Romawi sebagai pemerintahan yang sah. Kebanyakan orang dengan enggan membayarnya, tapi semua orang membencinya. Bukan sekedar uang, tapi juga prinsip membayar penindas Romawi.

Mereka sepertinya menjebak Yesus. Jika Dia setuju pajak harus dibayar, maka Yesus tampak menyangkal kedaulatan Allah atas Israel, dan Dia akan kehilangan dukungan masyarakat. Jika Yesus setuju bahwa pajak tidak harus dibayar, Dia akan secara terbuka menyatakan diri-Nya sebagai musuh Roma dan diperlakukan seperti seorang pembelot.

Opsi koin dinar yang dipakai Yesus: denarius putra Augustus (27sM-14 M)? Tiberius (14-37M)? atau Argaios yang ada di Kapadokia. Di koinnya Anda dapat melihat gunung yang penuh dengan pepohonan dan di puncak gunung tersebut ada kyrios (putra Allah), sebuah gambar yang terhubung dengan kaisar. Ia memandang dirinya sebagai penguasa bumi yang perkasa/yang menyebut dirinya Kyrie, alias tuhan. Yesus menunjuk gambar kaisar yang sebenarnya sungguh menista Allah yang Agung. The coin represented the government of Caesar that would

soon pierce His hand and crucify Him…. Yet He still said, “pay your taxes to the Roman government.”

Di tengah dua dorongan besar dunia ini, Tuhan memberikan kita ambisi yang berbeda. Sebagai ambasador Kristus, kita memiliki ambisi untuk:

  • Menyebarkan Injil: Kita ingin semua orang mendengar tentang Yesus dan memiliki kesempatan untuk diselamatkan.
  • Membangun kerajaan Allah: Kita ingin melihat kerajaan Allah berkembang di bumi. Kita ingin melihat orang-orang datang kepada Yesus dan mengalami transformasi hidup.
  • Melayani orang lain: Kita ingin mengikuti teladan Yesus dengan melayani orang lain dengan kasih dan pengorbanan.

Ambisi ini tidak didasarkan pada keinginan untuk melebihi orang lain atau membalas rasa sakit. Ini didasarkan pada kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama. Ketika kita mengejar ambisi ini, kita akan mengalami sukacita dan kepuasan sejati.

Kesimpulan

Dunia ini penuh dengan ambisi. The competitive spirit: often without our realising it, our best effort is focused on outdoing one another. Akan tetapi Redemption membebaskankita dari ketakutan tidak prosper. Juga, membebaskan kita dari ketakutan menjadi musuh Allah. Sebagai orang percaya, kita dipercayakan ambisi yang berbeda. Kita memiliki ambisi untuk menyebarkan Injil, membangun kerajaan Allah, dan melayani orang lain. Ambisi ini didasarkan pada kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama. Ketika kita mengejar ambisi ini, kita akan mengalami sukacita dan kepuasan sejati.

“Jesus is saying that we are citizens of heaven and earth at the same time.” (Leon Morris)

Post a comment

X