


Pdt Victor Liu
Khotbah 08 Juni 2025
Can we trust God when we face suffering?
If we want to trust God when life hurts, we need to believe: (1) God’s perfect in love, (2) God’s infinite in wisdom, (3) God’s sovereign in all things.
Today for final series of this topic, our focus on ENDURANCE in Trials .
Perjalanan hidup kita bukanlah perlombaan lari CEPAT, sprint, 100 m atau 400 m, tetapi perjalanan hidup kita merupakan sebagai perlombaan lari MARATHON, lari jarak jauh 42 Km.
Yakobus 1:2-4, TB
“ (1) Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, (2) sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. (3) Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.”
Pokok kotbah atau subject of sermon:
The importance of endurance:
TESTING OUR FAITH PRODUCE ENDURANCE /UJIAN IMAN kita membuahhkan, membangun atau menghasilkan KETEKUNAN.
Iman kita perlu dibuktikan/ diuji agar membuktikan kemurnian, keaslian dari iman kita. Istilah δοκίμιον (dokimion) ujian atau testing, temptation adalah kata yang dipakai untuk membuktikan kemurnian atau keaslian sesuatu, misalnya keaslian atau kemurnian emas sehingga adanya kelayakan dipercaya (trustworthiness).
*δοκίμιον (dokimion)
Noun Nominative Neuter Singular, A test, trial, what is genuine. a testing; by implication, trustworthiness.
Ujian iman kita membuahkan, membangun atau menghasilkan KETEKUNAN, ENDURANCE/Hupomone.
KETAHANAN/Hupomone berasal dari 2 kata yaitu
Hupo yang artinya under, di bawah dan
mone dari kata kerja meno yang artinya remain, tetap, tinggal.
Biasanya diterjemahkan dengan beberapa kata seperti ini:
to bear under, remain under, staying power, fortitude, holy toughness,
steadfastness, constancy, a patient endurance, sustaining, perseverance —— in the NT the characteristic of a man who is not swerved from his deliberate purpose and his loyalty to faith and piety by even the greatest trials and sufferings.
*I never give up, I will keep to continue with Jesus Christ even though my circumstances look tough and difficult.
*Saya tidak pernah menyerah, saya akan terus maju bersama Yesus Kristus meskipun keadaan saya tampak sulit dan berat.
Point Utama (1) : Because of testing of our faith produces endurance, we should consider it joy when we fall into all sorts of trials.
(1) Karena ujian terhadap iman kita itu menghasilkan ketekunan, maka hendaknya kita menganggapnya ( CONSIDER) sebagai suatu kebahagiaan ( JOY) apabila kita jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan.
James 1:2-3 NET
( 2) My brothers and sisters, consider it nothing but joy when you fall into all sorts of trials,
(3) because you know that the testing of your faith produces endurance.
*James did not say that a believer should be joyous FOR the trials but IN the trials. Yakobus tidak berkata bahwa kita menganggap sukacita KARENA tetapi bersukacita DI DALAM pencobaan. Maksudnya seperti ini: misalnya kita mendengar berita dukacita bahwa ibu kita meninggal dunia. Yakobus tidak menasehati bahwa kita bersukacita karena ibu kita meninggal dunia TETAPI di dalam kesedihan ibu kita meninggal kita respon positif bahwa membangun iman kita untuk bertekun.
*Trials should be faced with attitude of joy, positive attitude, not negative attitude: complaining, blaming, or accusing. Trials should not seen as a punishment, a curse, or a calamity but something prompt rejoicing, J. Ronald Blue.
Cobaan/Ujian harus dihadapi dengan sikap gembira, sikap positif, bukan sikap negatif: mengeluh, menyalahkan, atau menuduh. Ujian tidak boleh dilihat sebagai hukuman, kutukan, atau malapetaka, tetapi sesuatu yang membangkitkan sukacita, J. Ronald Blue.
Point Utama (2): Endurance transforms us to be like Jesus’s character, our Spiritual Maturity, not perfection.
(2) Ketahanan/Ketekunan mengubah kita menjadi seperti karakter Yesus, Kedewasaan Rohani kita, bukan kesempurnaan.
Perhatikan dalam ayat 4 bahwa ketekunan harus terus menerus bekerja sehingga mempunyai efek yang sempurna ( so that, supaya – menyatakan suatu tujuan) yaitu Kedewasaan Rohani, mempunyai karakter ketekunan seperti Yesus Kristus. Efek yang sempurna ini yaitu Kedewasaan Rohani/ karakter ketekunan seperti Yesus Kristus ditekankan dengan istilah menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun dalam ayat 4 bagian akhir.
James 1:4 NET
(4) And let endurance have its perfect effect, so that you will be perfect and complete, not deficient in anything.”
“Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.”
Yakobus 1:4 TB
Hebrew 12:2
“keeping our eyes fixed on Jesus, the pioneer and perfecter of our faith. For the joy set out for him he endured the cross, disregarding its shame, and has taken his seat at the right hand of the throne of God.”
Hebrews 12:2 NET
“Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.
Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.”
Ibrani 12:2-3 TB
Point Utama (3) A calling for application: How to stay endurance in our trials?
Some practical steps to have endurance in the face of problems
A. Having good thinking about God — knowing Jesus Christ, our Lord & Saviour King. Jesus is love, wisdom & Sovereign
Memiliki pemikiran yang baik tentang Tuhan — mengenal Yesus Kristus, Tuhan & Juru Selamat Raja kita. Yesus adalah penuh kasih, kebijaksanaan & Penguasa yang berdaulat penuh dalam segala situasi.
A. W. Tozer : What comes into our minds when we think about God is the most important thing about us.
A. W. Tozer: Apa yang terlintas dalam pikiran kita ketika kita berpikir tentang Tuhan adalah hal terpenting tentang kita.
Ills. Bapknya Pak Tony Foedikoa, SH, ThM, alm ( suami dari Ibu Dorsina) berkata di depan peti mati anaknya di depan banyak orang, STII Yogya , akhir 1982: “Kami, sebagai orang tua Tony Foedikoa, sangat cinta anak kami, tetapi Yesus Kristus, Tuhan Juruselamat kami, lebih besar mengasihi anak saya. Dia tahu apa yang terbaik untuk anak saya….” Beliau menyatakan dengan suara parau yang bernada sedih tapi yang penuh keyakinan. Kalimat itu masih saya ingat sampai sekarang. Betapa Bapaknya, yang seorang Pendeta pedalaman dari Kupang, sangat mengerti dan mempunyai Pengetahuan tentang Tuhan yang dalam. Dia tak punya gelar, tetapi kalimat itu menyatakan bahwa beliau mempunyai PENGETAHUAN TUHAN, bukan Pengetahuan tentang Tuhan ( He has a knowledge of God, not a knowledge about God).
B. Lamentation—sharing your feelings correctly to God, not complaining, blaming or accusing God or others. Not become self pity, blaming, proud. Akhirnya Trust God.
Ratapan—berbagi perasaan dengan benar kepada Tuhan, tidak mengeluh, menyalahkan atau menuduh Tuhan atau orang lain. Tidak mengasihani diri sendiri, menyalahkan, sombong. Dimulai dengan ratapan dan akhirnya Percaya kepada Tuhan.
“Ketika Daud serta orang-orangnya sampai ke Ziklag pada hari yang ketiga, orang Amalek telah menyerbu Tanah Negeb dan Ziklag; Ziklag telah dikalahkan oleh mereka dan dibakar habis. Ketika Daud dan orang-orangnya sampai ke kota itu, tampaklah kota itu terbakar habis, dan isteri mereka serta anak mereka yang laki-laki dan perempuan telah ditawan. Lalu menangislah Daud dan rakyat yang bersama-sama dengan dia itu dengan nyaring, sampai mereka tidak kuat lagi menangis.”
1 Samuel 30:1, 3-4 TB
Mazmur 3 1-3; 6
“Ya Tuhan, betapa banyaknya lawanku! Banyak orang yang bangkit menyerang aku; banyak orang yang berkata tentang aku: ”Baginya tidak ada pertolongan dari pada Allah.” Sela Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab Tuhan menopang aku! Aku tidak takut kepada puluhan ribu orang yang siap mengepung aku. Dari Tuhan datang pertolongan. Berkat-Mu atas umat-Mu! Sela”
Mazmur 3:2-3, 6-7, 9 TB
Mazmur 22
Mazmur 22:2-3, 12-17, 19-20, 29-30 TB
[2] Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. [3] Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang.
[12] Janganlah jauh dari padaku, sebab kesusahan telah dekat, dan tidak ada yang menolong. [13] Banyak lembu jantan mengerumuni aku; banteng-banteng dari Basan mengepung aku; [14] mereka mengangakan mulutnya terhadap aku seperti singa yang menerkam dan mengaum. [15] Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya; hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku; [16] kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku. [17] Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku.
[19] Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku. [20] Tetapi Engkau, Tuhan, janganlah jauh; ya kekuatanku, segeralah menolong aku!
[29] Sebab Tuhanlah yang empunya kerajaan, Dialah yang memerintah atas bangsa-bangsa. [30] Ya, kepada-Nya akan sujud menyembah semua orang sombong di bumi, di hadapan-Nya akan berlutut semua orang yang turun ke dalam debu, dan orang yang tidak dapat menyambung hidup.
C. Guard our pure motivation to follow or to worship Jesus Christ, our Lord & Our Saviour King: we follow or worship Him because WHO HE IS, not His blessings.
Jagalah motivasi kita yang murni untuk mengikuti atau menyembah Yesus Kristus, Tuhan kita dan Raja Juru Selamat kita: kita mengikuti atau menyembah Dia karena SIAPA DIA, bukan berkat-berkat-Nya.
Ills— the story of endurance of Mr. Thomas. 7 tahun lalu isterinya kena stroke. Tidak bisa bicara, tidak bisa respon, tidak bisa jalan, tidak bisa mengerjakan apa saja sendiri. Pak Thomas tetap endurance, persistence sampai sekarang. No complaining, no bitterness, no blaming, no accusing. Dia bertekun memandang Kristus Yesus. Saya dan isteri pernah sekali menjenguk rumahnya karena anaknya Ruru dan Yohan, suami Ruru , adalah jemaat kami. Ketika saya memujinya, Pak Thomas suami yang sangat baik. Dia berkata— muse , sudah seharusnya seperti itu. Dalam susan, dalam senang, dalam sehat Dan dalam sakit, jadi suami yang baik, Dia tetap tiap pagi membawa isterinya dengan mendorong kursi roda. Pak Thomas teladan yang saleh tentang ENDURING in Trial. Imannya tidak goyah, tidak kalah dengan situasi yang menimpa isterinya. Ketahanan dan ketekunannya membuahkan Kedewasaan Rohani, ketekunan atau karakter seperti Yesus Kristus.