Kejatuhan Manusia (Bagian 2)

  


By: Moyan Brenn

Pdt Victor Liu
Ringkasan khotbah 29 Juni 2014

Hawa mengutip perkataan Tuhan namun dia melemahkannya (bukan suatu “infinitive absolute”, yang menyatakan bahwa ada kepastian 100% dalam hal konsekuensi). Demikian pulanya kadang kita melemahkan Firman Tuhan dan memilih hidup dalam ketidak taatan (tanpa sepengetahuan kita kadang-kadang), hanya karena kita tidak sabar dalam menerima sesuatu dari Tuhan.

STRATEGI IBLIS MENJATUHKAN MANUSIA (sambungan dari minggu kemarin)

Baca lagi Kejadian 2:2-7 dan 1Yohanes 2:15-16

[3] Menyerang kebutuhan manusia (keinginan daging, pleasure, dll)

a. Hawa melihat bahwa “buah pohon itu baik untuk dimakan” – ada suatu desire/keinginan yang bertentangan dengan keinginan Tuhan. Setiap dari kita dicobai oleh keinginan kita (dalam Yakobus), seperti seekor ikan yang terpikat dengan umpan.

Ini berbicara soal pleasure (1Yohanes 2:16 – “keinginan daging”)

Tidak semua keinginan dan kenikmatan itu baik; Atau ada keingingan atau kenikmatan yang baik (seperti seks), tapi belum waktunya. Atau tidak dituruti sama sekali (seperti kalau kita tidak sehat, maka ada banyak makanan nikmat yang seharusnya tidak kita makan lagi).

Saat Yesus digoda dalam kelaparan, Dia mengutip Firman Tuhan bahwa Dia ingin makan tapi Dia tahu itu belum waktuNya.

b. “..sedap kelihatannya”

Ini berbicara soal kepemilikan/posession (1Yohanes 2:16 – “keinginan mata”)

Saat Yesus digoda dan diperlihatkan kekuasaan dunia, Dia tidak bergeming karena hanya Allah lah yang layak disembah, dan bahwa seluruhnya akan diberikan kepadaNya setelah Dia disalib dan diangkat.

Keinginan daging ini fokus pada keinginan mata, sesuatu yang ingin kita miliki (materi, kekuasaan) sampai lupa pada Tuhan. Yesus mau berkata bahwa semua kepemilikan itu harusnya adalah sebagai alat untuk menyembah Tuhan, bukan menjadi hal yang kita sembah. Manusia sejak jatuh dalam dosa selalu ingin menggantikan berkat Tuhan supaya menjadi tuhannya.

Kita sering rela melakukan apa saja untuk mendapatkan keinginan yang kita mau! Sangat berbahaya saat kita benar-benar mengingini sesuatu hal. Dan kita sering mengingini sesuatu sebagai standar kebahagiaan kita (Misal: Saya akan bahagia kalau saya mendapatkan pasangan hidup, saya akan bahagia kalau saya sudah mempunyai rumah sendiri, saya akan bahagia kalau punya banyak uang, dan lain sebagainya).

Kalau kita terus menginginkan, melihat sesuatu, dan bisa membelinya terus menerus, kita lama-lama akan membangun ego dan kehilangan kasih/compassion kita!

Belajar dari sekarang, dari hal-hal kecil, untuk menjaga hati kita supaya tidak menggantungkan pada

c. “menarik hati karena memberikan pengertian”

Ini berbicara soal pride, tinggi hati (1Yohanes 2:16 – “keangkuhan hidup”)

Hawa digoda bahwa dia bisa sama dengan Tuhan kalau memakan buah itu (a creation supaya saya dengan creatornya). Kita sering melakukan sesuatu dan tidak memikirkan konsekuensi (yang kadang-kadang konsekuensi nya adalah nanti di masa depan/bukan pada saat itu juga)

Yesus pun sekali lagi, diuji hal yang sama, saat Dia disuruh melemparkan dirinya dan malaikat akan menolongnya. Kesombongan adalah suatu dosa yang bisa terlihat maupun tidak terlihat. Orang tidak bisa melihat pikiran kita, karena itu orang bisa saja sombong tanpa sepengetahuan orang lain.

Kesombongan adalah karena soal pengetahuan. Saat kita pintar, kita tahu banyak, kita akan digoda untuk sombong.
1Korintus 8:1 – pengetahuan membuat sombong (konteksnya adalah soal makanan pada saat itu; saat kita tahu bisa makan apa saja dan tidak masalah, kita harus hati-hati untuk tidak menjadi batu sandungan bagi orang Kristen yang belum mendapatkan pengetahuan tersebut. Jadi jangan sampai pengetahuan kita membuat kita menjadi sombong).

Orang yang dewasa rohaninya umumnya tahu saat orang sombong (termasuk dirinya sendiri). Kesombongan Saul saat menjadi raja mengubahnya dan dia tidak menyadarinya! Tuhan benci orang sombong, karena Tuhan digantikan. Kesombongan merusak!

Kalau kita tidak berdoa, kita merasa kita tidak butuh Dia. Kita merasa kita mampu dalam melakukan sesuatu.


Strategi iblis di taman Eden, dalam menggoda Yesus, dan juga saat ini, selalu sama. Kiranya kita terus bersandar penuh pada Tuhan, mendekatkan diri pada Dia, dan menjaga hati kita supaya kita tidak terjatuh seperti Adam dan Hawa!

Post a comment

X