Hikmat dari Allah

  


Seri Wisdom in Living
Pdt Victor Liu
Ringkasan khotbah 21 November 2021

Banyak pengetahuan belum tentu berhikmat. Kalau kita belajar dari kitab Pengkhotbah mengenai seseorang yang kaya, posisi, dan pengetahuan, tapi tidak punya hikmat sehingga hidupnya sia-sia belaka.

Yakobus ingin menekankan bagaimana hikmat menolong kita dalam segi relasi/hubungan satu sama lain seperti dalam sebuah gereja, pasangan, dan bahkan berteman. Keharmonisan itu dibuat, tidak jatuh dari langit!

Ketika kita berbicara, akan terlihat hikmat kita. Lihat Amsal 18:21, Amsal 29:11, Amsal 12:18.

[1] Hikmat terlihat dari sikap hidup kita (Yakobus 3:13)

Hikmat tidak berbicara soal pengetahuan, tetapi dengan sikap hidup. Evaluasilah respon yang kita ambil, perkataan yang kita ucapkan – yang akhirnya membuahkan perbuatan yang bisa dilihat. Perbuatan kita itu lah yang akan menyatakan siapa diri kita.

Dari buahnya lah kita bisa tahu keaslian orang tersebut. Kalau ada masalah dalam hidup kita (rumah tangga, hubungan dengan teman, dan sebagainya), maka itu berarti ada yang kurang beres dalam hidupmu -> yaitu kurang berhikmat!

Kita umumnya tidak suka saat disebuat kurang bijaksana, tapi padahal perbuatan kita lah yang mencerminkan sikap kita tersebut!

“The meekness of Wisdom”.
Ini sebuah istilah yang sama dengan “power under control”; sebuah istilah yang dipakai untuk kuda liar yang dikendalikan (lihat juga Bilangan 12:3, Matius 11:29).

Orang yang penuh hikmat pasti rendah hati.

[2] Tinggalkan hikmat dari dunia (Yakobus 3:14-16)

Ciri-ciri hikmat dari dunia:
A. Iri hati (bitter jealousy)
Akar masalah iri hati adalah suka melihat orang lain atau membanding-bandingkan. Dunia sekarang mengencourage keiri-hatian (sosial media) – saat melihat posting teman yang sedang liburan, kecantikan yang dipamerkan, dan sebagainya.

B. Egois (selfish)
Hanya fokus pada diri sendiri; padahal akar dari dosa adalah fokus pada diri sendiri, it’s all about me!

C. Sombong (pride)
Orang sombong sukar membangun relasi.

Hikmat dunia = Instinct untuk hidup (seperti yang binatang lakukan), yang akhirnya menyebabkan kita untuk fokus pada diri sendiri saja.

Kita tidak mau seperti setan-setan, yang gemetar tahu Allah tetapi tidak mau taat!

[3] Hidupkanlah, kejarlah hikmat dari Allah! (ayat 17-18)

a. Murni (pure)
Tidak bercampur, motivasi yang tulus, ingin memuliakan Tuhan.

b. Pendamai (peaceable, peacemaker)
Bukan berarti tidak ada konfrontasi, ikut-ikutan; ingin keharmonisan dan berelasi yang baik.

c. Peramah (gentle)
Easy to yield; orang yang mudah untuk diajak diskusi, mudah untuk taat pada hal-hal yang benar.

d. Penurut (open to reason, teachable)
Mudah untuk diajar, cepat untuk mendengar. Seperti besi yang panas yang mudah diatur / di bengkokkan.

e. Penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik (full of mercy and good fruits)
Yakobus menggabungkan kedua istilah ini menjadi satu kesatuan yang tidak dipisahkan, karena orang yang penuh belas kasihan/mercy akan menghasilkan buah-buah.

Baca Lukas 6:36. Belas kasihan = rahmat => kita layak dihukum, tapi Tuhan tidak menghukum kita.

f. Tidak memihak (impartial)
Tidak membeda-bedakan, memandang muka. Sama seperti Allah saat menghakimi (dan mengasihi), tidak memandang muka.

g. Tidak munafik (sincere)
Tidak berpura-pura.

—-

Refleksikan lagi dari firman Tuhan hari ini, bagian dari mana yang kita kurang atau tidak punyai? Kita membuka diri, tanggalkan, dan diubah menjadi hal yang baru.

Kalau kita hanya dengar sambil lalu saja, relasi kita tidak akan pernah berubah dan bertumbuh. Kita akan tetap menjadi orang yang tidak berhikmat dan itu sungguh menyedihkan!

Yakobus 3:18 – “a harvest of righteousness”; orang yang punya hikmat akan punya pengaruh sebagai orang benar, orang yang menyatakan kebenaran.

Saat kita punya hikmat dari Allah dan meninggalkan hikmat dari dunia, kita akan menghasilkan kedamaian!

Post a comment

X