Gaya hidup yang merusak keuangan

  


 

Malta - Euros (Coins)
marfis75 / Money Photos / CC BY-SA

Pdt Victor Liu
Ringkasan khotbah 30 Juni 2013

Yang terpenting dalam segi keuangan adalah bukan bagaimana cara menghasilkan uang, tapi bagaimana kita bisa mengatur keuangan kita dengan baik. Uang kita adalah milik Tuhan (semuanya). Yesus mati untuk kita supaya kita menjadi milik Tuhan, semuanya (2Kor 5:15, Roma 12:1, 1Kor 6:19-20). Kita adalah hamba Yesus Kristus. Setiap orang Kristen adalah hamba Yesus Kristus! Either kita menjadi hamba Yesus Kristus atau hamba Iblis, atau hamba atas diri sendiri!

Implikasi dari Tuhan memiliki semuanya
– Saya bukan pemilik (hak milik), tapi seorang steward/pengabdi/pelayan/hak pakai. Kita bertanggung jawab untuk memakai.
Jadi apa pun yang kita belikan dari uang kita, itu semua milik Tuhan. Sehingga kalau ada hal yang terjadi, kita tidak stress karena itu adalah punya nya Tuhan
– Bukan aja pemberian saya adalah keputusan rohani, tetapi setiap pengeluaran adalah keputusan rohani
Apakah ini perlu? dll
– Kita tidak bisa menipu pengabdian kita atau keuangan kita. Your check book reveals all that you really believe about stewardship!

Gaya hidup yang merusak

– Fokus kenikmatan sekarang
Gaya hidup si bungsu (dari kisah Anak yang hilang di alkitab). Harus kita bisa bedakan mana keinginan, mana kerakusan, mana kebutuhan. Kita selalu ingin ambil jalan pintas dan lupa nilai yang di masa akan dating yang akan Tuhan berikan buat kita. Kenikmatan itu adalah kenikmatan semu, kenikmatan sekejap – yang pada akhirnya akan memperbudak hidup kita.
– Consumptive lifestyle
Suka membeli sesuatu. Kita tidak akan pernah puas membeli sesuatu, meng-upgrade sesuatu. Kadang juga didikan salah orang tua yang selalu memberikan apa saja yang mereka minta/mau. Bukan masalah jumlah uangnya, tapi suatu prinsip yang selalu dipuaskan saat mengingini.
– Kebiasaan berhutang
Alkitab tidak pernah melarang berhutang secara implisit, tapi tidak menganjurkan untuk berhutang (Amsal). Ada suatu masa dimana kita harus membereskan hutang kita (berhutang kalau kita yakin bisa bayar, berhutang supaya sesuatu punya potensi yang lebih besar (rumah), berhutang unuk mobilisasi/transport yang perlu.
Tapi yang merusak adalah suatu kebiasaan berhutang sana sini; karena rakus dan tidak bijaksana untuk investasi sana sini, sampai akhirnya kita tidak mampu membayar. Credit Card sering dipakai terus menerus di sana sini walaupun kita tidak punya uangnya.

Hutang ada jeleknya, seperti dimana kita tidak beriman dan merasa kalau Tuhan akan mencukupkan hidup kita. Ada kalanya dimana belum saatnya kita untuk mendapatkan berkat atau sesuatu tersebut, tapi karena kerakusan dan keinginan kita, kita ingin memilikinya sekarang.

– Greedy Lifestyle
Alkitab memakai bahasa Yunani yang menarik soal serakah, kikir.
Baca 1Korintus 5:11, Kolose 3:5 (serakah adalah penyembahan berhala!), Ibrani 13:5
Terjemahan serakah adalah “punya” dan “more’ – orang yang ingin punya terus, dan terus, dan terus (tidak pernah cukup).
“Hamba uang” terjemahan literalnya: “cinta uang”; melukiskan jangan cinta uang dalam kehidupan kita!

Orang serakah dan kikir jarang memberi, jarang mengabdi – karena selalu fokus pada diri mereka sendiri!

Gaya hidup yang perlu kita lakukan

5 kemungkinan dari income kita:
a. Biaya hidup
b. Bayar tax
c. Bayar hutang
d. Disimpan
e. Giving
Sering yang kita lakukan adalah bahwa d) dan e) selalu yang sisa-sisa. Seharusnya Giving menjadi yang pertama, dan Disimpan adalah yang kedua.

Gaya hidup yang harus kita hidupkan

[1] Generous giving
God’s first! Kita mempercayakan diri kepada Tuhan. Tuhan menjadi center/pusat dalam kehidupan kita! Pikirkan baik baik pengabdian yang bisa kita berikan buat Tuhan.
2Korintus 8:2 – orang2 yang kekurangan tapi mereka kaya dengan pemberian.

Yang meyedihkan adalah saat anak-anak Tuhan yang ga pernah menaruh Tuhan sebagai pusat kehidupan kita, tidak memberikan yang terbaik buat Tuhan, tidak “God’s first”, TAPI kita rajin berdoa meminta berkat, meminta kebutuhan dari Tuhan, meminta keberhasilan pada Tuhan!

[2] Merencanakan dengan baik
Budgeting dan memperhatikan mana pemborosan kita.

[3] Belajar puas dengan apa yang ada
Bukan berarti kita tidak mau maju, tapi bisa menikmati dalam kecukupan yang ada, dengan apa yang ada pada kita sekarang ini.

Post a comment

X