Clothed with God’s righteousness

  


Seri More than Conquerors
Stephanus Pradhana
Ringkasan khotbah 11 November 2018
Kejadian 2:25-3:24

Rekaman Praise & Worship

What is shame?

Rasa malu / shame = dominant & hidden.
Jackson Wu: the fear, pain, or state being regarded unworthy of acceptance in social relationships.

Perasaan malu adalah perasaan yang terus menerus menghantui kita bahwa kita tidak berprestasi, tidak signifikan di dunia atau dalam komunitas kita. Shame sering ditunjukkan dengan kita menarik diri kepada situasi yang “aman”.

Ed Welch: “The feeling of being exposed, vulnerable, and in desperate need of covering or protection”.

Mungkin kita sering dibanding-bandingkan dengan kesuksesan orang lain, prestasi atau perbandingan lain yang akhirnya membuat kita malu, merasa unloved, atau tidak worthy dalam lingkungan teman-teman kita. Atau mungkin kita juga pernah punya masa lalu yang kelam, yang terus menghantui kita.

Manusia umumnya ingin dikenal orang lain dan diterima/dihargai/dikasihi. Dan sering dua hal ini tidak terjadi dan rasa malu/minder/inferiority mulai mendominasi kita.

What causes our shame?

Allah menciptakan Adam dan Hawa sesuai gambar dan rupaNya. Adam & Hawa hidup dalam ketelanjangan, tapi tanpa rasa malu (Kejadian 2:25). Mereka mengasihi satu sama lain dan menghargai satu sama lain. Namun karena hasutan ular, mereka memilih melawan perintah Allah. Dan akibatnya, mereka merasa malu (Kejadian 3:6-7).

Mereka merasa malu karena mempermalukan Tuhan. Ketika kita berdosa di hadapan Tuhan, kita merasa malu pada Tuhan. We felt unaccepted, shame before God. Sin injects shame into nakedness!

Tidak semua perasaan malu adalah karena dosa kita – bisa karena dosa orang lain. Tapi hari ini kita akan fokus pada rasa malu yang diakibatkan karena perbuatan kita.

How do we deal with our shame?

1. Cover Up (Adam & Hawa menutupi ketelanjangan mereka) – Kejadian 3:7
Kita sering menutupi identitas kita yang sebenarnya dengan “topeng topeng” untuk meningkatkan penerimaan orang lain terhadap kita (atau menutupi kelemahan dan kekurangan yang kita punyai). Topeng punya 2 fungsi: untuk menutupi apa yang kita tidak ingin orang lain lihat, dan juga untuk menunjukkan apa yang kita ingin orang lain lihat.

Di jaman sekarang, banyak orang memakai perbuatan baik dan agama sebagai alat atau topeng untuk menutupi segala kekurangan kita, sebagai cematan pohon ara/fig leaves kita (Timothy Keller).

Topeng macam apa yang kita pakai hari ini untuk menutupi kekurangan dan dosa kita? Topeng apa pun yang kita pakai, kita tahu diri kita yang sebenarnya; dan kita tidak akan bisa menipu diri sendiri, apalagi Tuhan.

Dan akhirnya kalau sampai orang menerima kita karena “topeng” kita, kita tidak akan pernah bisa menghilangkan rasa malu kita, karena orang menghargai “topeng” kita, bukan diri kita yang sebenarnya!
2. Hiding (Adam & Hawa bersembunyi) – Kejadian 3:8-10
Dengan bersembunyi, kita berpikir tidak akan ada orang yang merendahkan atau mencemooh kita. Kita menghindari orang-orang karena kita tahu semakin kita dekat dengan orang, semakin orang akan tahu diri kita yang sebenarnya (rahasia-rahasia yang kita tidak ingin orang tahu, akan terbuka!).

Sedihnya, kita bisa melarikan diri dari hadapan Tuhan dengan tidak mau berdoa, menghindari persekutuan dengan saudara seiman, tapi kita tidak akan pernah bisa lari dari Tuhan!
3. Blaming (Adam & Hawa saling menyalahkan) Kejadian 3:11-13
Ketika kita merasa terancam atau kelemahan kita terbongkar, kita berusaha mentransfer kesalahan dan kemaluan kita pada orang lain. Kalau kita sering memakai strategi ini, kita tidak akan pernah mempunyai hubungan yang akur, karena kita selalu menyalahkan dan merendahkan orang lain. Tidak akan ada keharmonisan.

Apa yang kau pakai untuk menutupi rasa malu mu? Cara-cara tadi tidak ada yang efektif, karena pada akhirnya kita akan dipenuhi ketakutan dan kekuatiran: “kalau kapan-kapan orang akan tahu hal yang sebenarnya”. Atau Tuhan akan meminta pertanggung jawaban dari kehidupan kita.

How does God deal with our shame?

Kita tidak bisa mengcover ourselves, bersembunyi, atau menyalahkan orang lain untuk benar-benar menghapuskan rasa malu kita. Lalu apa yang Tuhan lakukan?

1. God comes to seek and restore the shamed (Kejadian 3:9)
Tuhan tidak berpangku tangan dan ber-proaktif. Kenapa Tuhan yang Maha Tahu bertanya dimanakah Adam? Karena Allah mencari confession dan restoration. Allah melalui Roh Kudus, FirmanNya, dan orang-orang kudusNya, sering menanyakan “where are you?”. Dan Dia ingin kita menjawab pertanyaanNya dengan jujur, meminta pengampunan dari pelanggaran dan dosa kita.
2. God covers the shamed with His own righteousness (Kejadian 3:21)
Tuhan menggantikan pakaian mereka dengan kulit binatang [a sacrifice] – merupakan bayang-bayang akan apa yang Tuhan akan genapi dalam Yesus Kristus.

Rasa malu masuk melalui dosa, karena itu kalau kita ingin mengatasi rasa malu kita, kita harus bertobat dari dosa kita.

Nancy Guthrie: In clothing them with the skins of an innocent animal, God demonstrated how it would be possible for His people to one day be clothed in the royal splendor He had intended for Adam and Eve. One day He would deal with human sin in a pervasive and permanent way – through the covering provided by the atoning death of one precious, perfect Lamb.

Ketika Yesus disalib, Dia di salibkan dalam keadaan yang hina dan malu (Dia disalibkan dalam keadaan telanjang). Dosa dan segala rasa malu kita ditanggung oleh Yesus Kristus dan di sisi lain, jubah kebenaran dan kehormatan yang Yesus peroleh, di kenakan pada kita yang berdosa.

Yesuslah yang berperang bagi kita, dan kita mengambil kemenangan yang Dia telah lakukan untuk kita. Dan Tuhan yang suci dan kudus, memberikan kebenaranNya untuk kita – orang yang telanjang dalam kehinaan dan dosa kita. Bukan karena kebenaran kita, tapi karena kebenaran Kristus.

So, what now?

1. Come out from your hiding and bring to light that causes you to shame.
Datang kepada Tuhan dengan pengakuan dosamu. Dia tidak akan mempermalukan dan membuang kita, karena Tuhan sudah mati untuk kita! Dan datang juga pada orang-orang yang kita percayai dalam iman; Dan bagi kita dimana ada orang yang datang untuk share dosa dan rasa malu mereka, jangan menghakimi (Karena menghakimi adalah suatu cara yang kita lakukan untuk menutupi rasa malu kita dengan merendahkan orang lain). There’s a joy in being known and loved, despite of our shame.
2. Apa yang kau sembunyikan dari orang lain? Apa yang membuat kita malu?
Apakah kita berdosa di hadapan Tuhan? Atau tidak memenuhi ekspektasi orang lain?

Berdosa di hadapan Tuhan menimbulkan rasa malu. Tapi Tuhan ingin kita datang dalam segala kehinaan kita kepada Dia, dan Dia mau memulihkan kita dari dosa kita.

Malu karena tidak memenuhi ekspektasi orang lain (social media dan sebagainya) menarik kita dari standar dunia dan berpaling pada Kristus. Dan kita akan melihat semua tuntutan dunia ini akan perlahan-lahan pudar; Kalau Yesus yang sudah melihat diri kita apa adanya dan menerima kita, apalagi yang kita bisa minta?

Kita tidak bisa menyelesaikan sendiri rasa malu kita, tidak bisa kita sembunyikan atau tutupi. Tapi Tuhan Yesus Kristus datang ke dunia ini untuk mencari orang-orang hina seperti kita yang berdosa, yang malu, dan memberikan kita kesempatan untuk ambil bagian dalam kehormatan dan kemuliaan Kristus!

Post a comment

X