Mengasihi seperti Yesus

  


Pdt Victor Liu
Ringkasan khotbah 7 Mei 2023

Allah Bapa yang penuh kasih & Kita yang sudah menerima kashi-Nya dalam Kristus sebagai dasar untuk Hidup dalam kasih (5:1)

Karena (ayat 1 dimulai therefore, karena itu sebagai akibat dari ayat sebelumnya, Efesus 4:31-32) Allah Bapa adalah penuh kasih sayang dengan diberikan-Nya Yesus untuk kita, manusia yang berdosa, maka sebagai orang-orang yang telah menerima kasih-Nya, beloved children( bagi yang menerima Yesus sebagai Tuhan & Juruselamatnya secara pribadi), kita mempunyai gaya hidup sekarang menjadi peniru Allah Bapa yang penuh kasih.

Allah Bapa adalah penuh kasih dan kita adalah orang yang sudah menerima kasih-Nya ( ayat 1– sebagai dasar untuk perintah ayat 2), jadi kita juga mempunyai gaya hidup KASIH sekarang seperti Kasih Yesus Kristus. Kasih Yesus sebagai dasar atau model relasi kita pada sesama kita. *Ingat ini: Kita yang sudah menerima kasih Allah dalam Kristus ( hati kita dipenuhi dan mempunyai kasih Allah Bapa) lebih mudah dan mampu menjalankan hidup dalam kasih. You can not give what you do not have. Hidup kita atau hati kita dipenuhi atau sudah mengalami kasih-Nya maka kita mudah memberikan kasih pada orang lain, khususnya yang bersalah atau melukai kita.

Kasih Yesus sebagai contoh, The Model, Kasih kita pada sesama (5:2)

Relasi dengan sesama bisa dikategorikan dengan 3 gaya hidup atau 3 opsi yang kita bisa pilih : 1. Gigi ganti Gigi. Kalau kamu baik, saya baik. Kamu tidak baik, saya juga tidak baik. Cendrung kesal, sakit hati, amarah, benci dan dendam 2. Benefit atau Profit– relasi yang selalu fokus pada cari keuntungan, self benefit. Cendrung jadi self centered atau egoisme. Selalu bertanya, apa untungnya bagi saya 3. Gaya hidup KASIH KRISTUS.

Hidup dalam kasih atau walk in Love ( istilah ini diulang 5 kali di Efesus, 4:1 berjalan sesuai Panggilan kita yang mulia, 17 berjalan tidak sama dengan orang yang belum petcaya; 5:2 walk in lobe, 8 walk in light, 15 walk in wisdom & filled with Holy Spirit).

Tekanan ayat 2 ini adalah kasih Yesus itu tidak bersyarat ( kasih yang bercirikan WALAUPUN, MESKIPUN bukan JIKA atau KARENA– unconditional love) yang fokus pada komitmen, action atau perbuatan, bukan pada feeling. Kasih Yesus fokus pada pengampunan & caring continually. Kasih Yesus fokus pada pengorbanan, a Sacrificial Love. Dia memberikan diri-Nya bagi kita, bukan hanya memberikan ( bedakan giving vs giving Himself for us, orang yang berdosa) sebagai persembahan & korban yang menyenangkan dan memuaskan Allah sehingga dalam Yesus oleh iman kita mempunyai perdamaian dan pembenaran atas dosa kita.

Penerapan bagi kita

Hidup dalam kasih harus jadi gaya hidup kita karena ini perintah Yesus, memuliakan Yesus, menyatakan bahwa kita hidup seperti Dia & juga sesuai dengan salah satu visi gereja kita: Loving Church.

Mahatma Gandhi berkata, if there is love, there is life!

Kasih Kristus dihidupkan dalam kehidupan kita maka membuat kita bertumbuh dewasa, tidak childish emotionally, membuat atmosphere jadi baik, membuat ada suatu transformasi, adanya kesabaran, dan membuat penyatuan yang kokoh di tengah perbedaan dan kekurangan.

# Kita belajar menghidupkan gaya hidup KASIH seperti Yesus yang tidak fokus pada perasaan tetapi suatu komitmen, ketaatan, perbuatan pada sesama kita. Bedakan feeling Love vs act of Love, commit to love.

Tim Keller says in his book, The Meaning of Marriage: “In any relationship, there will be frightening spells in which your feelings of love dry up. And when that happens you must remember that the essence of marriage is that it is a covenant, a commitment, a promise of future love. So what do you do? You do the acts of love, despite your lack of feeling. You may not feel tender, sympathetic, and eager to please, but in your actions you must BE tender, understanding, forgiving and helpful. And, if you do that, as time goes on you will not only get through the dry spells, but they will become less frequent and deep, and you will become more constant in your feelings. This is what can happen if you decide to love.”

# Gaya hidup mengampuni menjadi gaya hidup kita sekarang meskipun sulit. Forgiveness is a continually choice that you make voluntarily to respond positively in prayer or in doing kindness for those who hurt us because Jesus already forgave us. You do not use his or her mistake or wrong doing that hurt you to gossip, to destroy or to hurt his or her personal life.

# Menghidupkan kasih yang ditandai dengan pengorbanan (sacrificial love, mungkin waktu atau financial kita) bukan OMDO — omomg doang.

# Gaya hidup KASIH yang ditandai dengan kindness, kebaikan. Do something good for others first, especially those in need. Remember what Jesus said in Matthew 7:12, well known as the golden rule, “In everything, treat others as you would want them to treat you, for this fulfills the law and the prophets.” Matthew 7:12 NET).

# Belajar untuk nyatakan kebenaran dengan kasih, telling the Truth with LOVE. Bagi orang yang cepat sekali memberikan nasehat, cepat marah atau asal keluarkan emosi harus hati-hati. Pesan & cara menyampaikan harus dipertimbangkan. Ingat prinsip ini: Cara kita menyampaikan nasehat, kebenaran sangat mempengaruhi keberhasilan komunikasi dan relasi kita. Sebelum memberikan nasehat, kebenaran coba perhatikan: apakah saya mempunyai belas kasihan, compassion padanya? Apakah fakta tentang dia benar adanya? Bagaimana intonasi suara & gesture, gerakan tubuh saya? kapan waktu yang tepat menyatakan kebenaran ini? Sudahkah saya berdoa?

*Menyatakan kebenaran tanpa kasih adalah seperti sebuah palu, a hammer, ROUGH, kasar, hanya suatu penghakiman. Tapi kasih tanpa menyatakan kebenaran adalah suatu KOMPROMI & relasi kita hanya di suatu permukaan, tidak terbuka dan mendalam.

Post a comment

X