


Stephanus Pradhana
Ringkasan khotbah 24 Juli 2022
Keraguan iman seringkali menjadi titik awal dari perjalanan seseorang meninggalkan Kristus. Dari bukunya John Marriot, banyak orang yang meninggalkan Kristus umumnya peranh mengalami suatu titik dimana mereka meragukan Dia, atau suatu titik krisis.
Pernahkah kita mengalami keraguan iman dalam hidupmu? Kalau iya, kita tidak sendirian karena banyak tokoh di alkitab yang mengalami guncangan iman, tapi mereka tidak meninggalkan Tuhan.
Hari ini kita belajar dari Yohanes Pembaptis, yang membaptis Yesus di Sungai Yordan. Buka Matius 11:2-6.
Yohanes Pembaptis sedang ditahan raja karena dia menegur raja karena selingkuh (istri kakak nya). Dan di dalam penjara inilah dia mengalami krisis iman.
Ini merupakan suatu hal yang tragis, karena dari seluruh injil, dia lah yang paling tahu bahwa Kristus adalah Sang Mesias, bahkan saat Yesus masih dalam kandungan (lihat Lukas 1:43-44, Matius 3:11).
Seharusnya orang yang sudah mempersiapkan jalan bagi Kristus tidak bimbang, namun kita lihat bahwa tidak ada seorang pun yang kebal dari krisis iman! Krisis iman bisa dialami orang orang yang serius mengasihi Kristus sekalipun.
Justru sebenarnya, keraguan hanya dirasakan oleh orang yang serius beriman dalam Kristus!
Yohanes Pembaptis bertanya dalam ayat 3, karena dia tidak mau pengharapannya keliru. Keraguan justru terkadang meunjukkan kalau kita serius dengan iman kita, karena kita tidak mau salah dengan apa yang kita percayai!
Keraguan iman sering dilihat sebagai sesuatu yang negatif sebagai anak Tuhan, dan kita merasa itu hal yang taboo, tidak boleh berpikir demikian, atau karena takut di cap tidak rohani. Padahal Tuhan sangat terbuka terhadap orang yang bimbang. Kita lihat respon Yesus di ayat 4-6 yang tidak meremehkan, bahkan menjawab secara serius.
Dalam ayat 11 pun Yesus menyebutkan Yohanes Pembaptis sebagai sosok yang paling besar, walaupun dia bimbang iman nya!
Kta perlu datang kepadaNya dalam doa untuk mendapatkan kekuatan, penyelesaian saat kita ada di dalam krisis iman. Allah tidak akan memandang rendah kita atau mentertawakan kita.
Dalam penjara, Yohanes Pembaptis mendengar pekerjaan Kristus [ayat 2]: menyembuhkan orang, dll – seperti jawaban Yesus, dan konsisten dengan yang ditulis Matius: Lihat Matius 4:23. Pertanyaannya, mengapa Yohanes Pembaptis menjadi ragu? Padahal ini merupakan penggenapan Perjanjian Lama (Yesaya 35:4-6, Yesaya 61:1-2).
Yohanes Pembaptis menjadi ragu karena pemahaman Yesus sebagai Mesias. Matius 3:7, 10, 11 adalah pemahaman Yohanes Pembaptis mengenai Mesias -> bahwa Mesias datang untuk menghukum orang-orang berdosa, memberi penghakiman.
Karena itu Yohanes Pembaptis menjadi ragu karena apa yang dia harapkan mengenai sosok Mesias berbeda dengan yang diyakininya, saat dia mendengar pekerjaan Kristus. Karena itulah iman nya menjadi goyah: apa yang dia yakini/pahami tentang Kristus berbeda dengan apa yang terlihat.
Dan inilah yang terjadi dengan kita saat kita krisis iman: apa yang kita pahami dan yakini, kenapa berbeda dengan kenyataannya/realita? “Allah yang mengasihi, mengapa tidak menyembuhkanku?”, “Allah yang adil, mengapa kita yang menderita dan yang salah malah bersuka cita dan tidak dihukum?”.
Sang Mesias dalam perjanjian lama memang diurapi untuk menyelamatkan (Yesaya 35:4-5), tapi juga akan menjalankan penghakiman Allah (Yesaya 61:1-2). Mengapa pemahaman Yohanes hanya pada yang kedua dan tidak secara lengkap?
Berbagai alasan:
[1] Latar belakang Yohanes
Dia nabi yang jujur, terbuka, keras, dan berani. Karena itu dalam pikiran nya, Mesias adalah a “bigger version of himself”, yang keras, berani, adil.
Kita terkadang punya pemikiran tentang Allah yang sesuai dengan pemahaman dan latar belakang kita pribadi, sadar atau tidak sadar (kalau kita punya latar belakang di keluarga abusive dan authoritarian, mungkin itu yang membentuk pengetahuan kita akan Allah).
[2] Situasi yang dialami Yohanes
Dia di penjara karena ketidak adilan. Dalam kondisi ini, tentu dia membutuhkan Mesias yang menegakkan keadilan, yang melepaskan dia dari penjara dan menghukum pelaku kejahatan.
Dan kalau dia merenungkan Yesaya 61:1-2, tentunya dia hanya menekankan pembebasan dan hukuman dari Tuhan.
Terkadang kita sering memilih ayat yang sesuai dengan situasi yang kita hadapi, yang relevan, yang menjawab kebutuhan kita. Situasi yang kita alami sering membentuk pemahaman kita akan Allah!
[3] Situasi masyarakat pada jaman itu
Bangsa Israel masih menderita dan dibebani banyak peraturan agama. Mereka tentu mau bebas dari penjajahan dan pemimpin agama yang munafik.
Dan ini tentu akan membentuk pemahaman dan harapan Yohanes Pembaptis akan Mesias.
Nilai dunia yang self-centered sekarang ini membuat kita rindu akan Allah yang siap sedia memenuhi kebutuhan kita, sesuai dengan rencana kita dan hidup yang kita mau. Sehingga saat hidup tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, membuat kita goyah iman pada Tuhan!
Kita menekankan satu sisi dari Allah dan melupakan sisi lainnya! Sama halnya seperti Yohanes.
JAWABAN YESUS (Matius 11:4-5)
Yesus merujuk kepada perjanjian lama dalam Yesaya 35:5-6;61:1 – Ia tidak menjawab secara langsung. Yesus ingin Yohanes Pembaptis melihat sekali lagi pada alkitab dan mengambil kesimpulan. Dia mengarahkan Yohanes Pembaptis pada pengenalan akan Mesias yang lebih sempurna, hal yang dia kesampingkan.
Ketika kita mulai ragu, baca lah kembali kebenaran firman Tuhan! Di sini lah Allah menunjukkan diriNya secara sempurna dan keseluruhan! Dengan hati terbuka dan rendah hati, Roh Kudus akan menunjukkan pada kita pribadi Allah yang sebenarnya.
Temukanlah jawaban atas keraguan iman saudara akan Tuhan dalam alkitab (baik perjanjian lama dan baru)!