A self righteous prophet and his compassionate God

  


Seri buku Yunus
Ringkasan khotbah 22 Maret 2020
Stephanus Pradhana

Live Stream:

Sermon Translation in English (when available):

Praise & Worship:

Kita bisa melihat betapa bangsa Niniweh bertobat segera, setelah Yunus berkhotbah. Allah memberikan kesempatan kedua pada Yunus dan Allah juga menarik hukumannya untuk bangsa Niniweh. Perfect ennding, bukan? Tapi kita bisa melihat Yunus 4.

Baca Yunus 4.
Bukan kah seharusnya ini jadi perfect ending? Tapi kita malah melihat Yunus sekali lagi, merusak segalanya. Dia lari dari Tuhan ke Tarsis, lalu kesempatan kedua kali nya pun dia berkhotbah hanya 5 kata saja. Dan setelah Niniweh bertobat, kita bisa melihat lagi Yunus “berulah” lagi.

A Compassionate God
He’s greatly displeased and furious. Bukankah seharusnya dia overjoyed karena sudah dipakai Allah dengan luar biasa? Dan bahkan mungkin menjadi seorang nabi terkenal? Dia bukan nya suka cita tapi malah marah-marah! Yunus marah luar biasa karena dia tidak ingin bangsa Niniweh bertobat. Dia tahu bangsa ini kejam dan ingin mereka dibinasakan, bukan malah di kasihi dan diselamatkan Tuhan!

Pertama, dia tidak ingin mereka diselamatkan, dan kedua, mereka tahu betapa besar kasih Allah. Dia tahu Allah yang Maha Kasih ini akan mengampuni bangsa Niniweh kalau mereka bertobat. Dia melarikan diri bukan karena takut mati atau pelayanannya gagal, tetapi karena takut akan “kesuksesannya” (dia tidak ingin bangsa Niniweh bertobat). Dia tidak setuju Allah mengampuni orang berdosa!

A Self Righteous Prophet
Yang jadi masalah adalah hati Yunus, his self-righteousness. Dia merasa lebih baik dari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, termasuk Niniweh. Dia lupa bahwa dia dan bangsa Israel pun sama bobrok dan berdosa nya dengan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Jonah minimised his sin and maximised other people’s sin!

Dalam Yunus 2, dia berdoa dan berkata:

“Those who cling to worthless idols turn away from God’s love for them. But I, with shouts of grateful praise, will sacrifice to you.”

Bukan kah ini menunjukkan his snobbish behaviour?

Bagaimana dengan kita? Bukankah kita sadar tidak sadar, merasa lebih baik dari orang lain seperti Yunus? Timothy Keller berkata kalau kita lebih perduli pada kenyamanan dan kepentingan diri kita sendiri daripada keselamatan orang lain, maka kita sama berdosanya seperti Yunus!

Adakah tipe tipe orang yang biasanya harus kita jauhi, atau kita merasa tidak layak untuk mendapatkan pengampunan Tuhan? Mungkin dari etnis tertentu? Atau yang dosa nya berbeda dengan kita? Kita pun lebih gampang untuk menghakimi orang baru yang mungkin di tato, atau orang atheis yang tidak mengenal Tuhan, dan sebagainya. Apakah kita perduli pada mereka? Apakah kita punya belas kasihan dan rindu mereka bisa merasakan kasih karunia Allah? Adakah keinginan kita supaya mereka bisa diselamatkan? Kita bisa melihat bagaimana kita sama seperti Yunus – kita merasa diri kita benar sendiri!

Mungkin kita lebih compassionate dengan orang-orang di gereja kita, tetapi tidak di kantor atau sekolah kita.

Yunus 4 merupakan chapter yang disappointing dan discomforting, karena membuka kejelekkan hati Yunus – dan juga hati kita.

Apa reaksi Tuhan akan kemarahan Yunus? Lihat ayat 4, dan seterusnya. Allah tidak memarahi balik Yunus, atau membuang Yunus setelah tugas nya selesai. Allah ingin mengubah hati Yunus, mengajak Yunus baik-baik untuk merenungkan perbuatannya. Dia malah pergi ke kota Niniweh untuk mengintai dan berharap Allah masih menghukum Niniweh. Sampai sekian kali nya pun setelah peristiwa pohon jarak, Tuhan masih sabar pada Yunus yang selalu ngambek! Allah tetap menjawab Yunus dengan kelemah lembutan.

Allah ingin Yunus punya hati yang penuh compassion seperti Allah. Dia menunjukkan hati Yunus yang marah karena pohon jarak yang bukan dipelihara Yunus, yang memberikan kenikmatan untuk Yunus (teduh). Apalagi orang-orang Niniweh yang diciptakan Allah, lalu memberontak dan berperilaku sangat jahat & kejam? Allah ingin mereka bertobat dan melakukan rencana yang indah untuk Tuhan. God was sharing the deepest of His heart to Jonah.

Kita bisa mengerti 2 hal dari percakapan Tuhan dengan Yunus ini:
a. Betapa berdosa dan egoisnya hati manusia, termasuk orang Niniweh dan Yunus (Human beings are all sinful before God)
b. Allah ingin kita mengerti betapa besar nya kasih Allah pada orang berdosa (We cannout out-sin the grace of God. There is hope in God for the greatest sinners of all).

Allah telah mengirimkan anakNya, Yesus Kristus, ke dunia ini untuk menebus dosa kita, orang-orang yang memberontak dan jahat, supaya tidak mengalami kebinasaan dan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16-17)!

Tuhan rindu manusia yang diciptakanNya, dipeliharaNya, bisa kembali kepadaNya. Dan Dia juga rindu kita yang sudah diselamatkanNya, untuk mempunyai hati yang sama seperti Allah, yang mengasihi mereka yang terhilang, yang memberontak, dan menolak Tuhan. Stop praying for your comfort, and start praying for the lost people.

Mau kah kita punya hati seperti Tuhan? Mau kah kita bertobat dari kita punya self-interest dan mulai belajar untuk mengasihi mereka yang tidak mengenal Kristus? Dan yang menarik adalah bahwa Yunus mau menuliskan semuanya untuk kita, supaya kita bisa belajar dari dia, punya hati yang di ubahkan dan mengerti hati Tuhan yang compassionate, bukan hati yang self-righteous!

Post a comment

X