A character of Pilgrims

  


Seri Pilgrims in a foreign land
Adrian Kencana
Ringkasan khotbah 21 Juni 2020
1Petrus 5:5-7

Hidup tanpa penderitaan tidak pernah dijanjikan oleh Tuhan, karena itu surat Petrus selayaknya relevan dengan kehidupan kita. Tujuan hidup kita adalah kehidupan yang kekal bersama Tuhan, sehingga Petrus mengingatkan kita pada kehidupan macam apa yang kita harus hidupkan pada saat ini.

Menariknya, kita berasumsi bahwa Petrus mungkin akan memberikan kata-kata untuk mengencourage jemaat di tengah penderitaan. Tapi ternyata Petrus malah memberikan nasihat untuk merendahkan diri satu sama lain. Aneh bukan?

Apa hubungannya kerendahan hati dengan kehidupan penuh kesulitan dan penganiayaan.

Humility toward one another (ayat 5b)

Kita dipanggil Petrus untuk merendahkan diri satu sama lain, tanpa syarat. Banyak dari masalah kita yang ada sebenarnya berasal dari kecongkakan kita (kita mementingkan diri sendiri, mau melihat perspektif hanya dari diri kita, tidak rela mengampuni, dan sebagainya).

Kecongkakan juga bisa dalam bentuk lain, seperti menganggap diri sendiri tidak berharga (self-pity) -> kita merasa tidak puas dan merasa kita deserve better. A subtle form of pride! Karena akhirnya adalah kepentingan diri sendiri.

Kecongkanan: self-importance, self-centeredness

Kerendahan hati: selflessness, other-centeredness

Lihat Yesus dalam Filipi 2:3-8, teladan yang sempurna apa artinya itu merendahkan diri. Baca lagi 1Petrus 5:5b-7.

Kerendahan hati diibaratkan seperti kain yang dikaitkan (“clothe yourselves with humility”, atau terjemahan literalnya: “ikatkan lah kerendahan hati”). Dan gambaran ini mengingatkan kita pada contoh Yesus Kristus sendiri (Yohanes 13:4-5).

Di tengah dunia yang suka meninggikan diri dan merendahkan orang lain, kita dipanggil untuk merendahkan diri, mementingkan orang lain, dan melayani orang lain seperti Yesus melayani dan mengasihi kita.

Humility before God (ayat 6-7)

Banyak kekuatiran melanda dunia saat ini ditengah situasi COVID-19. Ayat 7 mengajak kita untuk menyerahkan segala kekuatiran kita padaNya, tapi menarik di ayat 6 ada satu kalimat perintah untuk merendahkan diri. Jadi, kata “serahkan kekuatiran sepenuhnya” bergantung pada kata utama untuk “merendahkan diri”.

Jadi kalimat nya secara keseluruhan seharusnya berbunyi seperti ini: “Rendahkan lah dirimu dengan menyerahkan segala kekuatiranmu padaNya”

Kekuatiran sebenarnya adalah suatu bentuk dari kecongkakan/kesombongan juga. Perhatikan ayat 6-7:

A. Kita berarti tidak mau percaya dengan tangan Tuhan yang kuat (“under the mighty hand of God”)
B. Kita merasa lebih tau yang lebih baik daripada rencana Tuhan (“so that He may exalt you at the proper time”). Kita sering tidak mau percaya pada rencana dan waktu Tuhan.
C. Kita meragukan keperdulian dan pemeliharaan Tuhan dalam hidup kita (kontras dengan “because He cares about you”).

Dan ketika kita tidak berdoa, kita tidak percaya akan kuasa, rencana, waktu, dan pemeliharaan Allah. Kekuatiran menunjukkan kita “self-reliant”.

Mari kita melayani satu sama lain, merendahkan diri satu sama lain, Melayani satu sama lain sehingga kita menjadi berbeda dengan dunia, dan orang tahu siapa kita – yaitu anak anak Allah. Dan marilah kita rendahkan diri kita di hadapan Allah! COVID-19 menunjukkan manusia begitu lemah dan tidak berdaya.

Post a comment

X