The Model of Servanthood

  


Pdt Victor Liu
Ringkasan khotbah 4 Juni 2017
Filipi 2:17-30

Rekaman Praise & Worship

Istilah pelayan mungkin agak susah kalau dibicarakan sekilas di jaman ini, karena kita umumnya mempunyai seorang pembantu di rumah, yang sebenarnya berbeda dengan istilah “pelayan” pada jaman Paulus. Waktu itu, banyak “pelayan”, atau lebih tepatnya budak-budak (doulos) yang tidak mempunyai hak – menunjukkan “hamba” yang dimiliki owner nya dan menyerahkan seluruh hidupnya sampai mati (atau sampai di bebaskan) tuan nya.

Pada khususnya di pasal 2, kita melihat seorang hamba yang sejati, yaitu Yesus Kristus “yang mengambil rupa seorang hamba”. Dan juga ada Paulus, Timotius, dan Epafroditus yang dibahas Paulus dalam ayat 17-30.

Paulus menulis surat ini karena Jemaat Filipi suka berkorban, melayani, dan ambil bagian. Tapi di satu sisi kita bisa lihat ada masalah teologia dan terutama dalam pasal 2, tidak mempunyai hati seperti seorang hamba.

Yesus, walaupun hakikatnya Allah, Dia merendahkan diriNya dengan mengosongkan diriNya (tidak mempertahankan hakNya) dan dalam ayat 7, mengambil rupa seorang manusia, seorang hamba/budak/doulos. Ketika pikiran kita jauh daripada Kristus, maka pikiran kita akan sama dengan dunia ini, kita akan sombong!

Dan biarlah hidup kita juga menjadi model / teladan dalam kehidupan kita bergereja, mempunyai hati seorang pelayan terhadap satu sama lain. Paulus ingat bahwa destination dia akan bertemu dengan Kristus, dan itu mengubah prinsip dan hidupnya dalam melayani Tuhan.

Teladan Rasul Paulus: Serve Joyfully (ayat 17-18)

Ketika kita melayani dengan muka cemberut, maka atmosfir akan terganggu. Kita seharusnya bersuka-cita/rejoice walaupun suasana yang susah, seperti Paulus, yang bersuka cita dalam pelayanan walaupun dia sedang di penjara!

Di saat kita bersuka cita, kita mempunyai energi yang lebih, kita juga menjadi berkat.

Teladan Timotius: Serve Unselfishly (ayat 19-24)

Timotius, dikatakan Paulus, “seeks interest of others” – memperhatikan kepentingan Kristus dan jemaat Filipi, dimana yang lain kebanyakan memperhatikan kepentingan diri sendiri.

Paulus berkata tidak ada orang lain yang hati nya seperti Timotius, mempunyai hati yang tidak egois dan memperhatikan kepentingan orang lain (dalam konteks rekomendasi oleh Paulus, bukan dia ingin membandingkan atau menjatuhkan rekan pelayan yang lain).

Timotius juga sudah terbukti dari dahulu saat bersama-sama melayani dengan Paulus.

Karena kita adalah manusia berdosa, kita perlu bertanya-tanya apakah kita selalu mementingkan diri kita? Apa respon kita saat orang lain treat kita seperti seorang hamba? Apa kita selalu menyombongkan diri dan merendahkan orang lain? Apakah kita cepat tersinggung? Apa kita tidak pernah mau mengalah? Apa kita susah untuk memperhatikan orang lain?

Alangkah sedihnya apabila banyak anak Tuhan dalam kehidupan ber gereja yang hanya fokus pada diri sendiri saja. Kita hanya akan datang pergi dan tidak pernah memikirkan apa yang kita bisa korbankan dan berikan untuk orang lain dan untuk Tuhan! Kekristenan tidak pernah memisahkan keselamatan (salvation) dan pelayanan (ministry)! Kita diperlengkapi untuk pekerjaan Tuhan, memperlengkapi tubuh Kristus (gereja), dipanggil untuk melayani!

Teladan Epafroditus: Serve Wholeheartedly (ayat 25-35)

Epafroditus dikatakan: “saudara”, “teman sekerja”, “teman seperjuangan”, “yang kamu utus (utusan/messenger)”, “yang melayaniku (pelayan)”. Perjalanan Epafroditus sangat jauh (diutus Paulus dari Roma ke Filipi) tapi setia melakukannya – tapi juga menunjukkan betapa egois nya jemaat Filipi; sifat nya masih egois dan kekanak-kanakan.

Epafroditus adalah orang yang di belakang layar, bukan seorang pengajar, pemimpin pujian, atau ada di depan layar, namun dia sampai berani mati untuk pekerjaan Tuhan. Dan Paulus memberikan pujian yang luar biasa. Tidak ada pelayanan yang lebih penting atau lebih besar dari yang lain.

Di cari hati orang-orang yang mau keluar dari comfort zone nya, keluar dari kepentingan diri sendiri untuk pekerjaan Kristus! Dan dilakukan dengan hati yang penuh dedikasi, dengan suka cita, dan dengan segenap hati!

Kiranya kita mau menjadi anak Tuhan yang punya hati seorang hamba, dan bersama-sama sesuai kapasitas kita untuk pekerjaan Tuhan yang mulia!

Post a comment

X