Seri Filipi: Disucikan untuk melayani

  


Phillipians: My Satisfaction in Christ
Pdt Victor Liu
5 Maret 2017

Rekaman Praise & Worship

Banyak kata sukacita (joy, rejoice), yang di ulang ulang di 4 pasal di Buku Filipi ini. Paulus mau mengajarkan bahwa suka cita jemaat Filipi (dan kita) harus mendasarkan suka cita (dan goal, strength, dll) mereka pada Kristus.

John Piper berkata bahwa kita akan semakin mempermuliakan Kristus pada saat kita semakin puas di dalam Kristus.

Kita sering bergumul soal identitas; kita ingin seperti orang lain, kita ingin dilihat dan diterima orang lain. Fokus identitas dunia selalu fokus dari luar seperti penampilan, status, dan kekayaan. Jadi kita berasa harga diri kita rendah pada saat kita tidak mempunyai hal-hal tersebut. Namun identitas kita dalam Kristus tidak tergantung dari apa yang kita sudah lakukan dan apa yang kita punya.

Siapa identitas/diri kita yang kita lihat, akan mempengaruhi sikap kita. Dan apa yang kita lakukan setiap hari, itu juga akan membentuk identitas kita. Misal kalau kita bergumul dengan sebuah dosa atau kebiasaan (pornografi, marah-marah, dan sebagainya), maka lama-lama kita akan merasa tidak mampu untuk berhenti dan berubah. Kita membentuk identitas kita yang lemah dan “itu lah diri saya”.

Baca Filipi 1:1-2

Identitas kita dalam Kristus

Kita adalah orang kudus

Gereja, anak-anak Tuhan sering disebut sebagai orang kudus atau orang suci. Apa artinya orang kudus? Apakah itu berarti kita tidak berdosa sama sekali? Tentu tidak. Hakekat kita adalah orang berdosa sehingga perbuatan baik kita pun percuma, karena pikiran dan hati kita pun selalu berdosa. Sehingga pada akhirnya kita tidak bisa melakukan apa apa untuk bisa diampuni dosanya. Hanya pengorbanan Kristus lah yang menanggung dosa dan hukuman dosa kita, sehingga kita dianggap benar (dibenarkan) dan dikuduskan.

Bukan berarti kita tidak lagi ada dosanya, tapi karena kita dipanggil untuk hidup kudus (lihat juga 1Korintus 1:2). Karena identitas kita adalah orang kudus, itu berarti kita dipanggil untuk hidup dalam kesucian, berhenti melakukan dosa dosa kita! Banyak jemaat waktu itu yang bermain-main dengan dosa – berzinah, sombong dan menghakimi satu sama lain, bertengkar, dan sebagainya.

Karya Kristus di kayu salib memampukan kita untuk bertobat dari dosa kita, untuk menang, bukan berdasarkan atas kekuatan atau determinasi kita. Karena ini lah kita tidak akan pernah menikmati dosa.

Pertanyaan yang harus kita tanyakan pada diri kita: Apakah semakin lama kita semakin tidak menyukai dosa? Yang berbahaya adalah saat hati kita tumpul dan tidak lagi peka saat kita berdosa. Hati Daud berdebar-debar saat dia tahu dia melakukan dosa. Masih adakah hal demikian saat kita melakukan dosa? Atau kita sudah terbiasa? Hari ini biarlah kita datang dengan kejujuran dan menangis di hadapan Tuhan, melihat betapa menyedihkan dan menjijikkannya dosa sampai Yesus harus mati di kayu salib untuk kita!

Kita adalah hamba hamba Kristus (hamba => doulos = slaves = budak)

Istilah hamba sudah dipakai sejak Perjanjian Lama (“hambaKu Musa”, Daud, Elia, dan sebagainya). Rasul Paulus ingin menekankan kepada siapa kita menjadi hamba (hamba siapa?).

Sebagai hamba Kristus, itu berarti:

a. Kristus adalah Pemilik/Master kita (ownership)
Kalau kita adalah hamba Kristus, itu berarti kita adalah milik Kristus. Tapi kadang kita sering berkata “ini milik saya [uang, misalnya]”, atau ini hidup saya, sehingga kita sudah lupa bahwa kita adalah milik daripada Kristus. Padahal kata “budak” menunjukkan bahwa kita tidak lagi mempunyai hak

b. Purpose kita untuk menyenangkan Tuhan (submission)
Galatia 1:10.

Ini berbicara soal kerinduan dan purpose yang ingin terus menyenangkan hati Tuhan. Tidak seharusnya kita mencari hal-hal untuk menyenangkan hati manusia, atau untuk mencari favor dari manusia

c. Pelayanan (serve)
Jemaat Filipi ada di tengah-tengah penderitaan dan kekurangan, namun surat Rasul Paulus pada jemaat Filipi menunjukkan bahwa di tengah itu semua, mereka setia melayani Tuhan.

Semua yang kita punyai (termasuk anak dan keluarga) bukanlah purpose kita. Itu semua hanyalah alat yang harus dipakai untuk melayani Tuhan!

Inilah identitas kita yang seharusnya! Kiranya kita terus mengingat kembali identitas kita yang sudah dibeli dengan harga yang sangat mahal oleh darah Kristus di kayu salib. Bukan identitas yang kita bangun sendiri, atau yang kita bentuk dari hidup kita saat ini!

Post a comment

X