Praying with Paul – My Satisfaction in Christ

  


Stephanus Pradhana
12 Maret 2017

Rekaman Praise & Worship

Hari ini kita mau belajar dari doa Paulus kepada jemaat Filipi dari surat yang ditulisnya untuk jemaat Filipi. Filipi 1:9-11.

Jemaat Filipi punya latar belakang yang berbeda-beda, bukan jemaat yang kaya, dan menghadapi banyak tekanan-tekanan (dari pengajar-pengajar palsu, dari orang Roma yang memaksa menyembah kaisar sebagai tuhan, dari orang-orang Yahudi yang memaksa mereka untuk mengikuti adat-adat Yahudi, dan orang yang mengaku sebagai pengikut Kristus tapi hidupnya tidak mencerminkan).

Doa Paulus di sini sangat indah dan bermakna, dimana kita bisa membagi nya menjadi 4 bagian:

Love

“And it is my prayer that your love may abound more and more, with knowledge and all discernment”.

Kata kasih di sini berdasarkan kasih agape, yaitu kasih yang tidak bersyarat, yang dimiliki Yesus Kristus (Baca Roma 5:8, 1Yoh 3:16a). Jadi bukan kasih yang emosional, tapi kasih yang tulus, nyata, rela berkorban, dan tidak mengharapkan imbalan.

Doa Paulus di sini bukan supaya mereka memiliki kasih, tapi supaya makin melimpah-limpah. Karena kita lihat di ayat 6, Paulus sudah menekankan bahwa Yesus SUDAH memulai pekerjaan yang baik; yaitu saat kita bisa melihat dan mengenal kasih Kristus di kayu salib untuk kita, maka kasih itu sudah ada dan mengubah hati kita.

Seberapa besar nya kasih kita saat ini, selalu ada “improvement” for more, karena tidak mungkin kasih yang sejati itu statis. Namun kasih yang dimaui Paulus harus dipagari oleh pengetahuan yang benar dan dalam pengertian, bukan kasih yang membabi buta.

Kasih menurut dunia saat ini adalah kasih yang menerima dan menghormati satu sama lain, tapi kasih yang diajarkan Paulus adalah kasih yang berbeda. Paulus mau kita mempunyai pengetahuan yang benar dimana kita mengenal Tuhan [know God] (bukan hanya tahu tentang Tuhan [know about God ]- sekedar pengetahuan belaka).

Excellent (ayat 10)

– “sehingga kamu dapat memilih apa yang baik”. Terjemahan Inggrisnya sebenarnya lebih tepat: “- so that you may approve what is excellent” (yang terbaik, bukan hanya yang baik).

Sehingga merupakan sebab-akibat, yang artinya: ketika kasih kita melimpah-limpah dalam pengetahuan yang benar dan pengertian, BARU kita bisa memilih apa yang terbaik.

Ketika kasih kita pada Tuhan dan sesama berlimpah, kita bisa membedakan mana yang “the best”, mana yang “second best”: tentang manajemen waktu kita, tentang pilihan pekerjaan yang ditawarkan, pasangan hidup yang kita pilih, dan lain sebagainya. Sedihnya kita sering mengorbankan keluarga atau Tuhan di dalam pilihan-pilihan kita.

Life is a series of choices and often, there is no clear cut. Karena itu, kita butuh hikmat yang di dorong oleh kasih kita kepada Tuhan. Pilihan yang berdasarkan perasaan dan kenyamanan kita, umumnya bukan pilihan yang terbaik karena berfokus pada diri sendiri yang akhirnya akan merusak hidup kita.

Pure and Blameless (ayat 10)

– “supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus”; “so be pure and blameless for the day of Christ”.
Kata “supaya” adalah kata sambung, yang menunjukkan tujuan atau goal dari sebelumnya.

Apa itu hidup suci dan tidak bercacat? Selama kita masih hidup dalam dunia ini, masih ada sinful desire, kedagingan, jadi bukan berarti kita tidak berdosa lagi.

Pure, genuine, dan sincere maksudnya adalah hidup yang transparan, tak ada motivasi yang terselubung atau kepura-puraan. Seperti hal nya dalam proses pembuatan bejana dari tanah liat, dimana saat ada retak atau kecacatan sedikit dalam sebuah bejana, terkadang si tukang periuk mencurangi dengan menutupi nya dengan wax. Kita sering menutupi dosa kita (dengen pelayanan, dll) dan memasang topeng dalam hidup kita.

Paulus mau kita punya hidup yang tidak bercacat, yang transparan dan tidak ditutup tutupi. Kalau ada ketidak beresan dalam hidup kita, kita harus menyerahkannya pada Tuhan dalam doa dan tangisan.

Fruit of righteousness (ayat 11)

“filled with the fruit of righteousness that comes through Jesus Christ, to the glory and praise of God”.

Buah merupakan hasil. Sebelum mengenal Kristus, kita hidup dalam dosa. Di saat kita percaya pada Kristus, kita dibenarkan olehNya dan hukuman kita ditanggung olehNya. Kebenaran ini akhirnya mulai berbuah di hidup kita. Dulu yang kita membenci dan menolak Tuhan, sekarang menginginkan Tuhan dan ingin taat padaNya. Buah kebenaran kita mulai muncul, dan ini dihasilkan dari kebenaran Kristus!

Kalau kebenaran Kristus ada di diri kita, maka pasti hidup kita akan berbuah karena Roh Kudus mengerjakan yang baik dalam hidup kita (Buah Roh).


Doa Paulus dibandingkan dengan doa kita pada umumnya:
a. Doa Paulus kepada jemaat Filipi berorientasi kepada masa depan vs kita masa sekarang
Yang sering kita doakan hanya kebutuhan fisik untuk diri kita sendiri, untuk masalah krisis yang kita alami saat ini. Tentunya boleh untuk berdoa soal keinginan dan kebutuhan kita (Paulus pun berdoa demikiran di Filipi 4:6, 19), tapi kiranya tidak hanya itu saja!

Paulus lebih banyak berdoa untuk kebutuhan spiritual jemaatnya (Efesus 1:18-22, Efesus 3:18), karena dia tahu hidup ini hanya sementara dan untuk mempersiapkan hidup yang kekal. Apa yang terjadi dalam hidup ini dipakai untuk membentuk kita sesuai karakter Kristus. Roma 8:28-29 menekankan tujuan untuk kita supaya serupa sesuai gambaran Yesus Kristus.

Kalau kita selalu berdoa untuk masalah duniawi saja, maka kita missing the point!

b. Doa Paulus berfokus pada Tuhan vs kita pada diri sendiri
Doa yang sering kita ucapkan sering berfokus untuk diri kita sendiri. Tujuan kita bukan lagi untuk memuliakan Tuhan tapi untuk kenyamanan diri sendiri. Paulus tahu benar tujuan akhir adalah untuk Kristus!

Saat menulis surat ini, Paulus sedang di penjara karena memberitakan kebenaran mengenai Kristus, tapi dia masih berdoa seperti ini.

Kita tidak ditebus Tuhan untuk kenyamanan, tapi untuk melayani dan memuliakan Tuhan!

Apa yang kita umumnya doakan? Doa kita menunjukkan hal-hal yang kita anggap penting dalam hidup kita. Apa isi doa kita sehari-hari? Kiranya kita bisa melihat dan mengubah persepsi kita, bahwa apa yang Tuhan rindukan adalah kita menjadi pribadi yang suci dan tidak bercacat menjelang hari Kristus. Apakah kita mau punya kerinduan yang sama?

Bagi para pemimpin, apakah kita punya kerinduan pada mereka yang kita gembalakan, supaya mereka semakin dekat dan mengenal Tuhan?

Post a comment

X