Penghakiman [Judgement]

  


Penghakiman [Judgement]
Living by Grace: God’s Grace as the basis of relationship with others
Pdt Victor Liu
19 April 2015

Rekaman Praise & Worship:

Ringkasan khotbah:

Orang Farisi dan ahli taurat suka menghakimi, suka merendahkan orang lain, dan menjatuhkan mereka. Dalam Matius 7, Yesus mengajar supaya jangan menghakimi. Demikian dengan 1Korintus 4.

Baca 1Korintus 4:1-7

Jemaat Korintus saling menghakimi satu sama lain – karena ada 2 kelompok [“golongan Paulus” dan “golongan Apolos”] yang saling menganggap diri nya punya prinsip yang lebih benar.
Contoh-contoh lain:
– Yakobus 2 juga membicarakan soal penghakiman antara orang kaya dan miskin.
– Roma 14 membicarakan soal penghakiman tentang makan
– Banyak contoh-contoh lainnya

Ini menunjukkan bahwa baik di gereja-gereja di jaman Perjanjian Baru dan bahkan sekarang juga tidak jauh berbeda, dimana kita sering menghakimi satu sama lain; merasa diri lebih benar dari yang lain dan merendahkan.

PENGHAKIMAN YANG TIDAK KUDUS/BENAR

i.e ukuran yang dipakai bukan firman Tuhan, tetapi dari ukuran diri sendiri – sehingga merendahkan orang lain, sehingga tidak sadar akan kesalahan dirinya sendiri. Kita mengecilkan kerendahan diri kita dan membesarkan kelemahan orang lain.

Yang menarik soal menghakimi adalah bahwa pada saat kita melihat orang melakukan dosa, kita sebenarnya tidak tahu:
– seberapa besar dia bergumul atas dosa itu
– latar belakang dan penyebabnya
– bahwa kita melakukan hal yang sama tanpa kita sadari

Kecenderungan kita pun adalah untuk menjelek-jelekkan orang lain, di saat orang tersebut tidak ada di sana! Yang baik adalah pada saat ada orang yang menjelekkan orang lain, kita mengajak untuk bertemu bersama dengan orang tersebut, sehingga kita bisa menyelesaikannya dengan baik dan damai.

[1] Tidak sesuai kasih karunia Tuhan
Ayat 1-2 merupakan sebuah pendahuluan yang indah, dimana Paulus melihat dirinya sebagai hamba [istilah budak yang mendayung kapal perang di buritan], bukan rasul (dalam 1Korintus 1 dia menyebut dirinya rasul, tapi tidak di sini).

Ayat 1: “yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah” – “nya” =  oikonomos [artinya seseorang yang dipercayakan dengan tanggung jawab tertentu]. Yang dimaksudkan Paulus adalah bahwa penghakiman tidak relevan dengan anugerah Tuhan, dan bahwa Paulus diberikan kesempatan sebagai seorang pelayan dari Tuhan, karena karunia Tuhan semata. Ibarat seorang pendayung kapal tadi yang tidak punya kehidupan dan hak, bisa mati kapan saja, yang punya status begitu rendah, tapi dipercayai Tuhan karena anugerahnya. Jadi menghakimi tidak sesuai dengan kasih karunia Tuhan yang Dia curahkan pada diri kita yang hina ini!

Ayat 2 mengajak jemaat Korintus untuk melihat diri mereka sebagai hamba Kristus yang seharusnya setia dan melihat diri sendiri, sebelum menghakimi orang lain. Judgement selalu fokus pada orang lain!

Ini bukan berarti kita tidak boleh memberikan kritik atau masukan pada orang lain. Rasul Paulus juga mengajarkan supaya kita punya discernment. Kita menegur dengan kasih pada orang tersebut secara langsung.

[2] Karena Tuhanlah hakim, bukan kita
Ayat 3-5 menjelaskan bahwa penghakiman yang tidak kudus membayakan, karena kita sering menarik kesimpulan dari apa yang kita lihat atau pikirkan saja. Tuhan tahu semuanya, dan tahu hati manusia. Manusia melihat yang dari luar, namun Tuhan melihat hati! Seringkali ada hal-hal yang kita tidak lihat, namun sering kita cepat mengambil kesimpulan dan menghakimi orang!

[3] Tidak sejalan dengan panggilan anak-anak Tuhan untuk rendah hati
Ayat 6-7 mengajarkan supaya kita jangan sombong, supaya kita mengerti bahwa semua yang kita punyai adalah anugerah Tuhan [pekerjaan, kekayaan, dll]. Gereja Korintus sombong karena mereka menganggap mereka mempunyai karunia bahasa Roh dan lain sebagainya, sehingga melihat orang-orang lain tidak rohani. Padahal semua karunia itu adalah pemberian Tuhan, jadi dengan apa kita bisa menyombongkan diri kita?

Kita harus belajar dari Yesus Kristus yang merendahkan diriNya, yang mengajarkan kerendahan hati!

Ada beberapa pertanyaan diagnostik untuk mengidentifikasi apakah penghakiman kita tidak kudus (dari buku “Letting God be judge” oleh Tom Sappington):

  • Apakah kita merasa nyaman jika mereka memandang dan menilai kita dengan cara yang sama seperti kita menilai mereka?
  • Apakah kita memberi perhatian yang benar pada kekuatan dan kelebihan mereka maupun kelemahan mereka?
  • Apakah kita terus menerus berharap, percaya, dan berdoa supaya mereka berubah menjadi lebih baik?
  • Apakah kita mengevaluasi sikap mereka dan bukan sekedar melakukan spekulasi tentang motivasi dan maksud mereka yang tersembunyi?
  • Apakah kita memandang mereka sebagai saudara dalam Kristus dan tidak merendahkan mereka karena dosa-dosa dan kekurangan mereka?
  • Apakah kita melakukan diskriminasi terhadap kelompok tertentu?
  • Apakah kita secara sadar memilih untuk menyerahkan penghakiman ke dalam tangan Allah?


Sungguh menyedihkan kalau kita hidup dalam kasih karunia Tuhan, tapi kita fokus pada kebenaran diri sendiri, menganggap diri selalu benar dan lebih rohani daripada orang lain. Dan apalagi kita membicarakannya pada orang lain [merendahkan dan menjatuhkan]!

Post a comment

X