Menjadi anak Allah

  


Mie Khie Liong
18 Oktober 2015

Rekaman Praise & Worship

  1. Grace alone
  2. Christ is Enough
  3. In Christ alone
  4. You are God and You are good

Roma 8:12-17

Sedikit mengulang soal kedagingan yang kita bahas sebelumnya, kita lihat 1Yohanes 2:15-16. Kalau kita lihat di sini, kedagingan tidak spesifik mengenai seksual atau hal lain yang kita sedang gumuli saat ini, tetapi keseluruhan – dimana nilai dunia lah yang kita pegang (seperti penampilan, dan sebagainya).

Daging (manusia lama):
– Pikiran menurut daging
– Hasil = maut
– Perseteruan dengan Allah
– Tidak takluk kepada Hukum Allah
– Tidak berkenan kepada Allah
– Bukan milik Kristus
– Tubuh mati karena dosa

Roh Kudus (manusia baru):
– Pikiran menurut Roh
– Hasil = hidup dan damai
– Roh Kudus hidup dalam kita
– Kehidupan karena kebenaran
– Tubuh fana akan dihidupkan

Refleksikan apakah kita sekarang hidup menurut Roh, ataukah hidup menurut daging? Apa yang kita kejar saat ini? Value apa yang kita pegang?

Mudah bagi kita untuk mengasihi orang yang baik pada kita, tetapi bisa kah kita mengasihi musuh kita seperti Kristus yang mengasihi manusia yang berdosa, yang seteru dengan Allah? Nilai dunia mengajarkan kita baik kalau orang tersebut baik pada kita juga, bukan?

Memang sebagai manusia berdosa, kita cenderung memiliki respon yang salah (kita sudah dicemari dosa), tetapi dengan kemampuan yang diberikan Roh Kudus, kita bisa! Dan kita juga harus pro-aktif untuk memberesi respon dan kebiasaan kita menjadi apa yang selaras dengan kehendak Allah.

Kita sekarang sudah menjadi anak Allah (ayat 14-15), a loving relationship with God.
(ayat 15: “For you did not receive the spirit of slavery to fall back into fear, but you have received the Spirit of adoption as sons, by whom we cry ‘Abba! Father!'”. Di bawah hukum Taurat, manusia hidup dalam ketakutan, tetapi karena kita sudah diangkat menjadi anakNya, kita dikasihiNya; Dia mau kita hidup dalam kasih dan hidup dalam hukumNya, bukan dalam ketakutan atau penalty, tetapi karena kita mau menyenangkan Dia. Tentunya ini bukan berarti Tuhan membiarkan kita hidup dalam dosa atau kita mempunyai pikiran bahwa kita boleh berdosa seenak nya saja.

Tuhan mengangkat, mengadopsi kita semua untuk memiliki status yang sama, sebagai anak-anakNya. Dan bahkan Dia begitu dekat dengan kita sampai kita bisa memanggil Dia dengan panggilan seorang ayah yang paling personal dan terdekat.

Kita pun juga disebut sebagai ahli waris (ayat 17); ahli waris janji-janji Allah bersama-sama dengan Kristus. Jadi kita bukan saja diberikan status sebagai anak, tetapi juga kita diberikan kepastian untuk mendapatkan semua janji-janji Allah yang sudah diberikanNya, seperti yang dijanjikan Kristus. Bahkan tubuh kita pun akan dipermuliakan seperti Kristus pada saat kita nanti bertemu dengan Dia!

Kalau kita sungguh-sungguh mengikuti Kristus, dunia tidak akan suka pada kita! Dan untuk melakukan apa yang Kritus kehendaki, juga adalah sebuah penderitaan buat kita. Hidup menderita bukan berarti kita harus mati di kayu salib seperti Kristus, tetap dalam kehidupan kita sehari-hari, dimana kita mengikuti kehendakNya dan hidup menurut standard kasih Kristus. Kalau kita merasa nyaman dengan dunia ini dan nilai-nilainya, mungkin kita tidak sungguh-sungguh hidup sesuai kehendak Kristus? Mengasihi musuh bukanlah hal yang mudah dan itu tentunya adalah sebuah “penderitaan” untuk kita, apalagi kalau dia selalu mau menjatuhkan kita.

Kita diselamatkan bukan karena kita setia pada Tuhan, tapi supaya kita bisa setia pada Tuhan.

Post a comment

X