Living by God’s Grace

  


Rekaman Praise & Worship:

Ringkasan khotbah:

12 April 2015
Pdt Victor Liu

God’s Grace is the basis of our relationship with others. Namun sayangnya, kita tahu dan mengerti benar teologi kasih karunia Tuhan, tapi gaya hidup kita tidak menghidupkan dan mencerminkannya. Kita hanya “tahu”, tapi tidak “meyakini” apa yang kita ketahui. Padahal bagaimana Tuhan mengasihi kita adalah sebuah dasar dari kasih hubungan kita satu dengan yang lainnya.

Dalam Efesus 2:4 disebutkan rahmat (mercy) dan kasih karunia (grace), dua hal yang berbeda, tetapi digabungkan menjadi satu.

Rahmat (Eleos) = pemberian Tuhan yang berupa pencegahan, atau penahanan Tuhan sehingga Dia tidak menghukum kita meskipun kita layak dihukum (Perjanjian Lama = Hesed).

Kasih Karunia (Charis) = pemberian Tuhan kepada kita yang dilayak menerimanya melalui Yesus Kristus (Perjanjian Lama = Hen).

Yohanes 1:14-17 menjelaskan bahwa Yesus Kristus lah kasih karunia itu. Saat kita “mendapatkan” Yesus Kristus, kita “mendapatkan” kasih karunia (Charis). Efesus 4:29 menyebutkan kata-kata yang dimana orang bisa memperoleh kasih karunia (Charis – bahasa sehari-sehari waktu itu adalah “joy”, suka cita. Berkata-kata dimana orang bisa bersuka cita).

“Tanpa kasih karunia, tidak akan ada suka cita”

Baca juga ayat ayat ini, yang menunjukkan bahwa kasih karunia Tuhan pada kita harus menjadi dasar dalam kita berhubungan satu sama lain: Lukas 6:36 (Matius 5:44), Galatia 6:1, Efesus 4:32, Yohanes 15:12, 17 (13:34-35), Efesus 5:1-2, 2Korintus 5:14, Efesus 5:25; dengan musuh, dengan sesama, dengan keluarga, dengan siapa saja – itu selalu dihubungkan dengan God’s Grace! Karena Dia sudah mengasihi & mengampuni kita, kita harus mengasihi & mengampuni satu sama lain – siapa pun itu.

Orang Farisi tidak mendapatkan/mempunyai kasih karunia (grace), karena itu mereka kerjanya selalu: mengevaluasi, menghakimi. Seperti itu kah engkau?

Dunia menawarkan hubungan yang:
– Selfish [selalu fokus pada saya, kalau ada untungnya]
– Conditional [kalau dia baik, saya baik, kalau saya bantu dia maka dia juga harus bantu saya nanti]
– Unforgiving spirit [kalau dilukai, kita kesal dan tidak mau mengampuninya]
Ayat Efesus 4:31-32 mengingatkan kita bahwa kita berbeda, karena Tuhan sudah mengampuni dan mengasihi kita!

Kita bisa memberikan pengampunan yang sejati kepada orang lain yang melukai kita, kalau kita sungguh-sungguh mengalami pengampunan dosa kita atas Tuhan! Kalau kita merasa diri kita orang baik, maka akan susah bagi kita untuk bisa mengampuni karena kita tidak melihat pengampunan yang besar dari Tuhan atas kita. Semakin kita melihat betapa bobroknya kita (hati, pikiran, perbuatan, perkataan) dan melihat Tuhan yang masih mengasihi dan mengampuni kita, maka kita akan lebih mudah mengampuni mereka.

Setelah kita tahu prinsip ini, kita harus bertindak. Pengampunan harus menjadi gaya hidup kita, dan tidak tergantung perasaan kita (karena kita tidak akan pernah mengampuni).


Seberapa besar kau menghidupkan kasih karunia Tuhan di dalam hidupmu? Apakah engkau mengasihi orang lain seperti Tuhan mengasihimu? Masih adakah kekesalan atau bahkan kebencian pada seseorang saat ini? Bahkan membicarakan kesalahannya kepada orang lain?

Saat kita sungguh-sungguh meminta maaf dan datang pada Tuhan, Dia langsung mengasihi dan mengampuni kita. Apakah kita demikian dengan satu sama lain?

Kiranya kita mengasihi sesama seperti Kristus telah mengasihi kita terlebih dahulu!

Post a comment

X