Speaking the Truth in Love

  


Rekaman Praise & Worship:

1.       Mzm 133
2.       Terpujilah NamaMu
3.       My Soul Yearns
4.       Beautiful Exchange / Saviour King

Ringkasan khotbah:
Seri Living by Grace
Pdt Victor Liu
26 April 2015

Efesus 4:15-16

Terkadang kita menahan sebuah kebenaran supaya menjaga suasana, atau tidak merasa enak kepada orang yang bersangkutan (misalnya seorang dokter yang tidak mau menyatakan kondisi pasien yang sebenarnya).

Namun Firman Tuhan di Efesus 4 ini menarik untuk kita pelajari – baca seluruh Efesus 4. Kita melihat bagaimana Paulus menunjukkan pentingnya karakter supaya rendah hati dan saling mengasihi [ayat 2], bahwa pelayanan kita adalah pemberian dari Tuhan, kita harus bertumbuh di dalam Tuhan, dan pentingnya kesatuan. Ayat 15-16 merupakan sebuah penerapan karena Tuhan tahu kita akan selalu ada gesekan satu sama lain di dalam sebuah gereja (dan hidup).

MENGAPA PENTING UNTUK BISA BERBICARA KEBENARAN DENGAN KASIH?

[1] KARENA INI PRINSIP YANG TUHAN BERIKAN

Dalam ayat 15 disebutkan bahwa tujuan “speaking the truth in love” adalah supaya kita bertumbuh di dalam Tuhan. Kita, yang sudah dijamah oleh Tuhan juga, kiranya kita bisa menjamah dan menopang satu sama lain dengan kasih. Tuhan memberikan orang-orang di dekat kita sehingga kita bisa menasihati satu sama lain, yang berdasarkan atas Firman Tuhan dengan kasih.

Goalnya adalah kita mau sama seperti Kristus, dimana Dia juga melakukan hal yang sama dengan kita: mengasihi kita dengan unconditional love tapi secara bersamaan Dia menyatakan dosa-dosa dan kesalahan kita supaya kita datang pada Dia dan diperbaharui (Baca 1Yohanes 1:9). Hubungan kita akan terus dijaga dalam kasih Tuhan tapi Dia juga tidak membiarkan kita bermain-main dengan dosa atau membiarkannya.

Tuhan memakai orang-orang terdekat untuk menasihati dan menumbuhkan kita. Pertanyaannya, apakah engkau peka dan mau mendengarkannya? Dibutuhkan orang yang setia dan menyatakan kebenaran, sebagai seorang sahabat yang baik (menurut Amsal).

[2] KARENA DALAM DIRI KITA ADA KECENDERUNGAN UNTUK TIDAK MAU DINASIHATI (DITUNJUK KESALAHANNYA)

Ini adalah hakikat dosa kita. Kencenderungan kita adalah kita mau dipuji dan dianggap baik oleh orang lain. “Borok” kita tidak suka dikorek-korek oleh orang lain, bukan? Bahkan Adam dan Hawa saat dinyatakan kesalahannya, mereka membuat alasan dan menuduh yang lain [Adam menuduh Hawa, Hawa menuduh ular]

Tidak ada orang yang pada saat ingin menyatakan cinta pada lawan jenis, lalu membeberkan semua kejelekan dan kelemahannya satu per satu, bukan?

Hakikat dosa kita adalah kita tidak mau dilukai orang lain! Kita selalu menaikkan “self-defense mechanism” kita dan kadang menjauh dari orang-orang yang suka menasihati kita. Seharusnya kita mengingat karya salib Kristus yang sudah menyelamatkan kita dari dosa dan mau kita mempunyai kesucian hidup, dan bertumbuh seperti Dia.

Kita pada umumnya tidak terlatih untuk menyatakan kebenaran dengan kasih. Pada saat kita menyatakan kebenaran dengan kasih, itu seperti palu yang merusak dan kasar. Tapi kalau kita hanya menyatakan kasih tanpa kebenaran, maka kita akan pura-pura di luar saja. Lalu apa prinsip praktisnya?
a. Kita harus punya kasih sayang pada orang yang dimana kita ingin memberi nasihat
Yang pertama-tama kita harus perhatikan adalah “apa motivasi kita?”. Apakah ini hanya untuk keuntungan kita? Ataukah ini ingin menunjukkan kita orang yang lebih baik dan rohani? Atau karena kita benar-benar mengasihinya?

Galatia 6:1 menunjukkan bahwa kesombongan bisa menyertai saat kita berbicara/menasihati orang lain.

Hati-hati dengan cara penyampaian, karena itu menunjukkan apakah kita mempunyai kasih sayang pada orang tersebut. Saat kita ingin menyatakan sesuatu pada orang lain, kalau hati kita sedang kesal, maka apa yang akan kita sampaikan akan sia-sia, dan itu hanya ingin menyatakan bahwa kita lebih superior dari orang lain.

b. Belajar untuk kasih dorongan/encouragement (goal untuk bertumbuh dalam Kristus)
Sehingga tujuan kita tidak untuk merusak orang tersebut.


Kita harus mempunyai kebesaran hati, mau dinasihati oleh orang lain. Hanya orang yang sungguh-sungguh ingin bertumbuh dalam Kristus yang bersuka cita saat dinasihati oleh orang lain. Dan ini haruslah menjadi bagian hidup kita sebagai anak Tuhan!

Bagaimana hatimu saat engkau menasihati orang lain? Apa motivasimu? Ataukah engkau hanya suka membicarakan teman mu pada orang lain, daripada berbicara secara langsung dengan dia dengan kasih?

Jadilah hati mu seperti sebuah bantal (yang kalau dipukul, masuk tapi kembali lagi seperti semula), yang dimana mungkin kita sakit saat dinasihati, tapi kita bisa bangkit kembali dalam Tuhan dan bertumbuh menyerupai Kristus.

Dan punyailah hati yang penuh kasih sayang satu sama lain, sehingga kita bisa berbicara dalam kasih, bukan asal-asalan karena kita kesal melihatnya.

Post a comment

X